Prof. Dr. Eng-Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng. (Foto: Humas Kemristekdikti)
Jakarta – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan anugerah Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2018 di Auditorium Gedung BPPT II, Thamrin pada Selasa (10/7).
Gelaran ke-11 Anugerah BJHTA ini diberikan kepada Prof. Dr. Eng-Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., yang telah berhasil mengembangkan teknologi Fuel Cell dengan metode electron transfer. Teknologi ini menggunakan bahan baku lokal dan dipasang pada motor juga back up power untuk berbagai peralatan.
Proses produksi gas hidrogen tersebut telah dikembangkan dari limbah biomassa dengan bahan baku limbah dari industri kepala sawit.
“Indonesia memiliki lebih dari 5.400 riset yang telah dipublikasikan, jumlah ini terus meningkat per Juli lalu. Saat ini kita telah mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Riset yang bermanfaat adalah riset yang dipublikasikan dan menghasilkan inovasi. Oleh karena itu riset harus kita dorong dan inovasi menjadi output, jangan sampai riset berhenti sampai publikasi saja,” ujar Menteri Nasir
Sementara itu Presiden Republik Indonesia ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, selaku tokoh pendiri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan, Indonesia harus fokus membangun sumber daya manusia untuk menciptakan ilmuan-ilmuan muda generasi penerus yang memiliki daya saing tinggi dan inovatif menuju kemandirian bangsa mengembangkan teknologi.
“Apabila kita ingin maju seperti bangsa lain hanya mengandalkan sumber daya alam saja, forget it,” ujar Habibie.
Kepala BPPT Unggul Priyanto menuturkan penghargaan BJHTA merupakan salah satu upaya BPPT memberikan dorongan timbulnya hasrat inovasi dan penciptaan teknologi kepada pelaku teknologi.
“Penghargaan Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie adalah pemberian penghargaan tertinggi dari BPPT kepada insan pelaku teknologi yang berjasa pada bangsa dan negara memiliki reputasi nasional dalam bidang teknologi dan menghasilkan karya nyata yang memberikan impact pada bidang teknologi yang menghasilkan inovasi," terangnya.
Eniya Listiani Dewi merupakan wanita pertama yang berhasil menyabet BJHTA. Dia menerangkan kelangsungan hidup manusia dan keberlanjutan peradaban memerlukan energi, dan banyak negara yang sudah menghapuskan sumber energi konvensional dan beralih ke Energi Baru Terbarukan.
"Saya harap temuan Energi Baru Terbarukan (EBT) saya ini dapat lebih ekonomis. Seperti kita tahu kebijakan EBT 23% pada tahun 2025 dan saat ini baru 13%, dalam 7 tahun ini upaya apa yang bisa kita lakukan. Pemerintah perlu mendorong inovasi ini, dan dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga EBT merupakan bentuk concern pemerintah,” jelasnya.
KEYWORD :Pendidikan BPPT Habibie Technology Awards Kemristekdikti