Jum'at, 22/11/2024 23:20 WIB

Iran Minta Korut Tak Terbuai Janji Manis Amerika Serikat

Juru Bicara Menteri Luar Negeri Iran (Menlu Ir), Bahram Qassemi (Foto: Pars Today)

Tehran - Juru Bicara Departemen Luar Negeri Iran, Bahram Qassemi mengatakan, Tehran sangat menginginkan perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea, apalagi untuk perdamaian dan kesejahteraan rakyat.

Hanya saja, kata Qassemi, catatan masa lalu Amerika Serikat (AS) dan Presiden Donald Trump kotor. Ia telah melanggar perjanjian internasional, terutama kesepakatan nuklir 2015. Iran tetap pesimis dengan niat Trump. Korea Utara harus hati-hati. Sifat pemerintah AS kadang membuat terjebak.

Dilansir dari Oilprice, komentar Iran atas KTT  Trump dan Kim itu menyusul pembaruan sanksi AS terhadap Iran, yang bisa menghapus sebanyak 500.000 barel minyak Iran per hari, mungkin lebih, dari pasar dunia.

Pada 8 Mei, perintah eksekutif Trump atas pengembangan nuklir Iran memulai penghitungan mundur sekira 180 hari untuk menjatuhkan semua sanksi terhadap Iran yang dahulu dicabut di bawah kesepakatan era Obama pada tahun 2015.

Sejak 8 Mei, Tehran mendesak Uni Eropa (UE) untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untu melindunginya dari sanksi baru AS yang diberlakukan secara sepihak oleh Washington. Dengan imbalan Negeri Para Mullah tak akan keluar dari penjajian itu.

Sayangnya banyak anggota UE tak ingin mengambil risiko serangan balik dari Washington. Iran kemudian beralih ke OPEC untuk meminta bantuan, meminta kartel produksi minyak beranggotakan 14 negara untuk mendukungnya dari "sanksi ilegal, sepihak, dan ekstrateritorial."

Bukannya mendapat perlindungan, Iran ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya. Pasalnya saingan berat dan secara de facto adalah pemimpin OPEC Arab Saudi, sekutu AS yang sedang mencoba untuk meminimalkan pengaruh Iran di wilayah tersebut.

KEYWORD :

Iran Amerika Serikat Korea Utara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :