Salah satu anggota Pussy Riot menghampiri bek Kroasia, Vida (Foto: AP)
Moskow – Empat orang berseragam polisi Rusia tiba-tiba berlari masuk ke dalam lapangan, saat pertandingan final antara Prancis dan Kroasia sedang berlangsung pada Minggu (15/7) malam. Aksi mereka pun terekam dan dilihat secara langsung oleh puluhan juta pasang mata di seluruh dunia.
Jika umumnya penonton masuk ke lapangan hanya untuk bersalaman atau memeluk pesepakbola idolanya, lain halnya dengan keempat orang ini. Mereka adalah Pussy Riot. Kelompok musik asal Rusia yang kental menyuarakan kritik terhadap kondisi kehidupan di Negeri Beruang Madu.
“Halo semua orang dari lapangan Luzhniki. Sungguh hebat di sini,” demikian pernyataan Pussy Riot di Twitter, sebelum melancarkan aksinya. Pussy Riot menyerukan pembebasan atas tahanan politik, mengakhiri penangkapan ilegal pengunjuk rasa, serta mengizinkan persaingan politik di Rusia.
Pernyataan Pussy Riot juga merujuk pada kasus Oleg Sentsov, oposisi aneksasi Rusia terhadap Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu. Oleg dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, dengan tudingan konspirasi untuk melakukan tindakan teror.
Oleg menyangkal tuduhan itu. Dan sebagai akibatnya, dia melakukan mogok makan sejak pertengahan Mei lalu.
Dilansir dari Associated Press, ada beragam spekulasi terkait alasan Pussy Riot mengenakan seragam polisi. Kelompok itu kemungkinan ingin menyampaikan bahwa polisi Rusia gagal menegakkan keadilan. Ada pula yang beranggapan supaya Pussy Riot mudah melewati keamanan stadion.
“Warga yang bersangkutan dibawa ke kantor polisi setempat,” terang Kementerian Dalam Negeri Moskow.
Diterjang Rudal Rusia, Rumah Sakit Kyiv Batal Direnovasi karena Terindikasi Tender Curang
Sebelumnya Pussy Riot dikenal karena memakai balaclava berwarna cerah. Namun pada aksi protesnya di Stadion Luzhniki, mereka tak menggunakan penutup kepala sehelai pun. Dan terkait aksi politis ini ini, FIFA belum berkomentar.
KEYWORD :Piala Dunia Rusia Pussy Riot