Warga Korea Utara
Jakarta - Peningkatan kerjasama dan pertukaran antar-Korea belum meningkatkan harapan di kalangan warga Korea Utara, bahwa kehidupan mereka akan membaik, bahkan dalam hal unifikasi nasional.
Seorang sumber dari Korea Utara di Pyongyang mengatakan kepada Daily NK bahwa warga Korea Utara tetap skeptis terhadap masa depan mereka meskipun Moon melakukam rekonsiliasi antar-Korea, kerjasama dan pertukaran.
"Orang-orang di daerah itu mengatakan mereka akan terus hidup miskin bahkan ketika terjadi penyatuan dan kerjasama," kata sumber itu.
"Pihak berwenang mengatakan pada penyatuan orang-orang akan makan dan hidup dengan baik, tetapi orang-orang telah ditipu begitu sering mereka tidak lagi percaya apa yang dikatakan."
Tetapi sumber itu juga mengatakan bahwa Korea Utara menginginkan unifikasi.
Presiden Korsel Upayakan Dialog dan Jalan Penyatuan dengan Pyongyang yang Dianggap Terisolasi
Menurutnya, salah satu masalahanya adalah keterbatasan pada kebebasan dan hak-hak warga negara Korea Utara biasa yang akan ada, bahkan setelah penyatuan.
"Orang-orang menantikan unifikasi, tetapi itu tidak berarti mereka dapat pergi bolak-balik ke Korea Selatan," kata sumber Daily NK.
"Jika seseorang mengunjungi Selatan untuk melihat kerabat, siapa yang akan kembali?"
Kontrol ketat Korea Utara atas penduduknya telah memungkinkan rezim untuk memobilisasi angkatan kerjanya dalam skala nasional, tetapi seringkali dengan biaya besar bagi rakyat.
Indeks Perbudakan Global 2018 menemukan bahwa Korea Utara memiliki persentase penduduk tertinggi, atau 2,6 juta, di bawah bentuk perbudakan modern.
Perbudakan modern termasuk perdagangan manusia, kerja paksa, jeratan utang dan pernikahan paksa atau budak.
Sebanyak 40,3 juta orang secara global hidup dalam kondisi perbudakan modern, menurut laporan itu.
KEYWORD :Korut Korsel Perbudakan