Konferensi pers instrumen akreditasi
Jakarta – Lulusan perguruan tinggi kini turut menjadi faktor penentu dalam akreditasi program studi (prodi). Hal ini seiring dengan perubahan instrumen akreditasi dari sebelumnya input dan proses, menjadi output dan outcome.
Ketua Dewan Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) T Basaruddin menerangkan, dalam mempertimbangkan akreditasi prodi, BAN-PT akan melihat jumlah lulusan, nilai rata-rata, hingga kontribusi lulusan baik ke perusahaan tempat mereka bekerja, maupun ke perguruan tinggi mereka berasal.
“Dulu kita menanyakan buku atau jurnal di perpustakaan yang mereka punya. Itu baru input. Kalau tidak dibaca, itu tidak ada maknanya. Yang input ini bukan ditinggalkan, tapi kita menagih juga sisi outputnya,” kata Basaruddin pada Kamis (26/7) di Jakarta.
Perubahan ini, menurut Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Patdono Suwignjo tepat untuk merepresentasikan mutu perguruan tinggi. Sehingga perguruan tidak hanya harus memperhatikan proses, namun juga outputnya.
“PT yang mendapat akreditasi bagus, output dan outcome PT tersebut juga pasti bagus. Karena Akreditasi itu kita memotret bagaimana PT memenuhi standar perguruan tinggi,” jelas Patdono.
Sementara Sekretaris Jenderal Kemristekdikti Prof. Ainun Na’im mengatakan, sistem akreditasi nasional yang terus melakukan penyempurnaan, diharapkan tidak hanya cuma diakui secara global, melainkan bila memungkinkan juga diadopsi oleh negara-negara lain.
“Sistem akreditasi kita selain diakui oleh dunia global juga mungkin dibeli atau dimanfaatkan oleh negara lain,” ujar Ainun.
Pendidikan Program Studi Akreditasi Kemristekdikti