Imran Khan (Foto: AFP)
Islamabad - Partai-partai utama Pakistan menolak hasil pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Imran Khan, dan mengumumkan unjuk rasa menuntut jajak pendapat baru pada Jumat (27/7), setelah pengamat asing mencium adanya kecurangan.
Pengumuman tersebut disampaikan oleh All Parties Conference (APC), termasuk Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) yang keluar dari koalisi Khan. Karena itu, kini Khan harus mencari koalisi baru untuk membentuk pemerintahan.
Pemilihan nasional yang diadakan Rabu lalu telah dikritik oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan pengamat lainnya, pasca diklaim adanya keterlibatan militer dalam mendukung Khan.
Pemilihan tersebut dijuluki sebagai "pemilihan paling kotor di Pakistan" tetapi untuk saat ini, kemenangan Khan merupakan akhir dari beberapa dekade kepemimpinan yang berputar antara PML-N dan Partai Rakyat Pakistan (PPP) yang disela oleh periode kekuasaan militer.
PML-N dan pihak-pihak lain telah menuduh adanya kecurangan secara terang-terangan atas penghitungan suara.
"Kami pikir perampokan telah dilakukan," Maulana Fazalur Rehman, kepala partai agama Jamiat Ulema-e-Islam (JUI-F), mengatakan kepada wartawan dilansir dari AFP.
"Kami akan menjalankan gerakan untuk mengadakan pemilihan lagi. Akan ada protes. Kami tidak akan membiarkan demokrasi disandera oleh negara," katanya, yang maksudnya berarti militer.
PML-N, yang mengklaim itu adalah target manipulasi militer, mengatakan akan bergabung dalam protes meskipun tidak ada tanggal yang segera diumumkan.
"Saya sepenuhnya setuju dengan itu. Jenis penyimpangan terburuk telah dilakukan, yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pemimpin partai Shahbaz Sharif.
Namun, Sharif mengatakan dia perlu berkonsultasi dengan pimpinan partainya mengenai keputusan oleh APC untuk tidak mengambil sumpah dalam anggota parlemen.
KEYWORD :Pakistan Pilpres Imran Khan