Sabtu, 23/11/2024 19:50 WIB

Menlu Iran: Maaf Tuan Trump, Kami Bukan Korea Utara

Javad Zarif menegaskan ancaman, sanksi dan aksi gombal AS tidak akan berhasil melunakkan Teheran.

Javad Zarif

Teheran - Iran menyindir klaim Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa pembicaraan dengan para pemimpin kedua negara negara sudah dekat.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menegaskan ancaman, sanksi dan aksi gombal AS tidak akan berhasil melunakkan Teheran.

Pasca Washington menarik keluar dari pakta nuklir 2015 dan mengancam sanksi penuh terhadap Iran mulai 6 Agustus, Teheran menanggapi dingin tawaran Trump pada Senin (30/1) untuk berbicara kapan saja tanpa syarat.

"Ancaman, sanksi dan rayuan AS tidak akan berhasil. Cobalah memiliki rasa hormat untuk Iran dan untuk komitmen internasional," kata Javad Zarif lewat cuitan di akun Twitternya, pada Rabu (1/8) siang.

Selain karena alasan inkonsistensi AS, Garda Revolusi Iran juga menentang pertemuan kedua negara. Hal ini diungkapkan langsung oleh Komandan Garda Revolusi Jenderal Mohammad Ali Jafari.

Ali Jafari menyebut Iran tidak akan mengikuti langkah Korea Utara, yang akhirnya "lunak" terhadap AS, sejak kedua negara bertemu di Singapura pada 12 Juni lalu.

"Rakyat Iran tidak mengizinkan pejabat untuk bertemu dengan Setan Besar. Tuan Trump, Iran bukan Korea Utara," kata Jafari, dalam sebuah surat terbuka yang diterbitkan di media lokal.

Sebelumnya, dilansir dari AFP, Trump mengatakan pada rapat umum di Tampa, Florida pada Selasa (Rabu waktu setempat), bahwa AS dan Iran akan bertemu dalam waktu dekat.

“Saya merasa mereka akan berbicara dengan kami segera ... Dan mungkin tidak, dan itu tidak masalah juga."

Belum ada tanggapan resmi dari Presiden Iran Hassan Rouhani. Akan tetapi Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dua minggu lalu menyebut pembicaraan dengan Trump tidak akan berguna sama sekali.

Meskipun ada penolakan dari Iran, sebagai rakyat Iran khawatir sanksi menjadikan negara tersebut kembali mengalami krisis besar.

Buktinya, Grand Bazaar Teheran yang digelar pada Rabu siang penuh sesak oleh pembeli, karena takut akan apa yang mungkin terjadi ketika sanksi penuh kembali diberlakukan pada Senin mendatang.

" Orang-orang khawatir jika mereka tidak membeli barang hari ini, mereka tidak dapat membeli lagi besok," kata Ali, yang menjalankan toko dapur di bazaar.

Tanda terbesar krisis sejauh ini ialah runtuhnya mata uang Iran, yang telah kehilangan dua pertiga dari nilainya sejak awal tahun, termasuk penurunan hampir 20 persen pada Minggu dan Senin lalu.

KEYWORD :

Iran Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :