Ada yang menyebut BPJS Kesehatan sebagai riba.
Jakarta – Kanker payudara merupakan salah satu penyakit dengan biaya menguras kantong. Betapa tidak, untuk melakukan satu kali mammografi saja, butuh biaya rata-rata Rp600.000-800.000. Itu belum termasuk biaya operasi dan obat-obatan lainnya.
Karena itu, untuk menekan pengeluaran tersebut, Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) Linda Agum Gumelar menyarankan pasien bergabung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Paling tidak, kata Linda, BPJS membuat harapan hidup para penyintas kanker payudara tetap terjaga, kendati untuk obat-obatan tertentu tidak tertutupi oleh BPJS Kesehatan. Juga, bagi mereka yang tidak sakit, berpeluang ikut membantu pasien kanker payudara yang membutuhkan.
“Masalah biaya itu relatif karena sekarang kan sudah dicover oleh BPJS, walau beberapa juga tidak (dicover),” terang Linda di sela-sela nonton bareng (nobar) `Si Doel The Movie` di XXI Plaza Senayan Jakarta, bersama Yayasan LIONS Club Jakarta Cosmopolitan, pada Sabtu (4/8).
Penggunaan BPJS untuk pengobatan kanker payudara merupakan upaya Linda mendorong para penderita supaya menempuh jalur medis, ketimbang memanfaatkan cara alternatif alias obat-obatan herbal.
Raih Hidup Sehat Sampai Usia Lanjut
Sebagaimana pengalamannya melawan kanker payudara beberapa tahun silam, Linda menilai pengobatan medis sudah terbukti sebagai metode penyembuhan.
“Saya menyarankan sesuai pengalaman saya dan teman lain. Kita harus menempuh cara medis, karena itu sudah teruji secara klinis. Artinya secara internasional sudah diakui, dan para dokter di Indonesia sudah ahli,” tandasnya.
DPR Dukung Penuh Target Indonesia Bebas TBC 2029
Kanker Payudara Kesehatan BPJS