Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Kampar, Riau
Pekanbaru – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengajak masyarakat beralih mengonsumsi sagu, guna mengurangi ketergantungan terhadap beras.
Stigma sagu sebagai makanan ekonomi kelas bawah, menurutnya harus dihilangkan, sebab makanan asli Indonesia timur itu nyatanya mengandung beragam manfaat.
“Dulu sagu itu tidak pernah sebagai konsumsi utama. Bahkan kalau orang sudah kesulitan makan beras baru makan sagu,” kata Menteri Nasir di sela-sela Bakti Inovasi Tanam dan Panen Padi di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau pada Kamis (9/8), sebagai rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-23.
Pemanfaatan sagu sebagai makanan pokok memang masih belum banyak dilirik, terutama oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia bagian barat dan tengah.
Meski demikian, lanjut Menristekdikti, sagu tak boleh dipandang sebelah mata. Pasalnya, sagu diketahui memiliki kadar gula yang lebih rendah dari beras, dan terbukti melancarkan sistem pencernaan.
“Sagu jauh lebih baik daripada makan nasi, di mana nasi kandungan gulanya tinggi, yang menyebabkan penyakit diabetes muncul,” terang Nasir.
Untuk menarik minat masyarakat terhadap sagu, Menristekdikti mengakui telah mencoba memberikan sentuhan teknologi dan inovasi. Diharapkan sagu tak hanya dikonsumsi dalam bentuk bubur, namun juga bentuk nasi.
“Kalau dibentuk mie sudah, sudah berjalan dengan baik. Nanti untuk kue dan sebagainya. Ini semua bisa kita kembangkan dan inovasikan,” jelasnya.
KEYWORD :Sagu Pangan Kemristekdikti