Sabtu, 23/11/2024 03:21 WIB

Dorong Petani Riau Tanam Padi Sidenuk, Menristekdikti: Hasil Lebih Besar

Hasil rekayasa genetika Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) itu digadang-gadang sebagai varietas padi yang layak dikembangkan di Indonesia.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir di Kampar, Riau

Pekanbaru – Padi sidenuk (Si Dedikasi Nuklir) hasil rekayasa genetika Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) digadang-gadang sebagai varietas padi yang layak dikembangkan di Indonesia.

Karena itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, mendorong petani Riau menanam padi sidenuk, guna mewujudkan kemandirian pangan di Tanah Sawit tersebut.

"Sidenuk itu berasnya lebih pulen. Di Riau nanti ada pergeseran dari padi pera ke pulen. Harus ada kerjasama dengan perguruan tinggi (untuk mengembangkan),” kata Menristekdikti saat hadir dalam Bakti Inovasi Tanam dan Panen Padi di Desa Pulau Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau pada Kamis (9/8).

Nasir menuturkan, padi sidenuk memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya telah terbukti menghasilkan padi yang lebih besar, dan waktu panen yang relatif lebih cepat.

Di Boyolali dan Sukoharjo, Jawa Tengah, lanjut Nasir, padi sidenuk hasil binaan Kemristekdikti mampu menghasilkan 12,9 ton padi. Sementara jumlah panen terendah berada di angka 8,5 ton.

“Jadi luar biasa besar hasilnya. Sidenuk di Sulawesi ditanam di 24 kabupaten/kota. BPS mencatat hasil terendahnya 8 ton, dan rata-rata 9 ton,” ungkapnya.

Khusus di Riau, Menristekdikti mengimbau Universitas Riau (Unri) bersama Batan, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membantu masyarakat Kabupaten Kampar agar menghasilkan padi jenis Batang Piaman yang lebih bagus, dan lebih banyak lagi produksinya.

"Para peneliti di bawah Kemenristekdikti harus bisa mensejahterakan rakyat, terutama untuk para petani," tegasnya.

Menteri Nasir menambahkan, hasil-hasil penelitian dari para peneliti baik di perguruan tinggi maupun lembaga litbang seyogyanya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

"Kita akan memperkenalkan inovasi-inovasi yang ada di pusat kepada daerah untuk meningkatkan produksi yang ada di masyarakat," pungkasnya.

Sementara Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe menyampaikan, jenis benih padi yang ditanam pada acara tersebut yaitu padi Sidenuk dan jenis padi yang dipanen adalah varietas lokal Tiyang Piaman yang telah ditanam oleh masyarakat lokal.

Perbedaan keduanya ialah benih padi Sidenuk adalah jenis beras yang pulen sementara varietas lokal Tiyang Piaman jenis beras yang pera.

"Pada 15 Mei 2018 kami telah melaksanakan kegiatan menanam Benih Sidenuk, dan kondisi saat ini benih tersebut baru berumur 85 Hari Setelah Tanam (HST), masa tanam padi sidenuk adalah 103 HST, benih tersebut tumbuh dengan cukup baik dan baru dapat dipanen sekitar 27 Agustus 2018," ujar Jumain.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Bupati Kampar Catur Sugeng mengatakan, padi jenis varietas lokal Tiyang Piaman masih menjadi primadona masyarakat Kabupaten Kampar.

Dia berharap kedatangan Menristekdikti membantu para petani di Kabupaten Kampar untuk meningkatkan produktivitas padi Tiyang Piaman.

Dalam acara tersebut turut hadir Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na`im, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti, Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Hari Purwanto, Direktur Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi Retno Sumekar, Kepala Biro Kerjasama dan Komunikasi Publik Nada Marsudi.

KEYWORD :

Pangan Padi Kemristekdikti Sidenuk




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :