Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (Foto: Kevin Lamarque/ Reuters)
Berlin - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China, dinilai memperlambat dan menghancurkan pertumbuhan ekonomi dan menghasilkan ketidakpastian yang baru.
Demikian kata Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier menyusul keputusan Presiden AS, Donald Trump menerapkan tarif tambahan kepada rekan NATO-nya, Ankara, Bild am Sonntag, Minggu (12/8).
"Masa lalu telah menunjukkan kepada kita bahwa konsumen sangat dipengaruhi oleh perang dagang karena produk menjadi lebih mahal," kata Altmaier.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Pernyataannya datang setelah Trump meningkatkan serangannya ke Turki dengan menggandakan tarif 20 persen untuk impor aluminium dan 50 persen untuk baja.
"Turki berdiri untuk keamanan dan keandalan di Eropa, kami bekerja sama dengan baik dengan Ankara dalam hal migrasi," katanya.
Altmaier mengatakan mereka sekarang memiliki kesempatan untuk kembali kepada objektivitas karena pemilu di Turki sudah berakhir.
Mengenai rencana kunjungan pada 25-26 Oktober ke Turki untuk meningkatkan hubungan ekonomi bilateral bersama delegasi bisnis 80 perusahaan terkemuka, Altmaier mengatakan, "Saya mewakili kepentingan lebih dari 7.000 perusahaan Jerman yang beroperasi di Turki.""Kami ingin Turki menjadi negara yang stabil dan demokratis, dan hubungan ekonomi yang baik berkontribusi untuk itu," katanya.
Hubungan politik antara Ankara dan Berlin mengalami sejumlah kemunduran dalam dua tahun terakhir, namun kedua negara telah mengambil langkah-langkah menuju normalisasi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan diperkirakan akan melakukan kunjungan resmi ke Berlin bulan depan. (aa)
KEYWORD :Turki China Amerika Serikat