Sabtu, 23/11/2024 18:35 WIB

Regulasi Bioteknologi Masih "Njlimet", Pemerintah Diminta Tegas

Rantai regulasi komersialisasi tanaman bioteknologi di Indonesia dinilai masih terlalu panjang.

Bogor – Rantai regulasi komersialisasi tanaman bioteknologi di Indonesia dinilai masih terlalu panjang. Kondisi ini, menurut Direktur Indonesian Biotechnology Information Centre (IndoBIC) Prof. Dr. Bambang Purwantara membutuhkan trigger Presiden Joko Widodo, agar pertanian di Indonesia tak ketinggalan dari negara lain.

“Dulu China perdana menterinya yang speak up, kemudian dijadikan acuan oleh pemerintahannya. Nah, kita memang kadang masih ragu-ragu. Mungkin bisa kalau pak Jokowi mempopulerkan ini,” kata Bambang dalam acara `Seminar Global Komersialisasi Tanaman Biotek 2017` di IPB Botani Square, Bogor, Jawa Barat pada Senin (20/8).

Di antara tanaman bioteknologi yang hingga kini menjadi korban njlimet-nya regulasi yakni Kentang GM. Kendati tidak ada penolakan dari pemerintah dan masyarakat, kentang GM belum bisa dikomersialisasikan akibat terkendala regulasi. Sementara regulasi berada di tangan Kementerian Pertanian.

“Hanya masalah regulasi yang menghambat ini bisa goal. Itu yang harus kita bereskan,” ujar Bambang.

Hal senada juga disampaikan oleh Tim Teknis Keamanan Hayati Prof. Dr. M. Herman. Menurutnya, di Indonesia masih ada kekhawatiran tanaman bioteknologi mengganggu lingkungan. Walhasil, uji lingkungan, pangan, dan pakan yang ada di level pemerintah memakan waktu yang tidak sebentar.

Bahkan, lanjut Herman, tak sedikit PRG (Produk Rekayasa Genetika) mentok di laboratorium sebab proses yang berbelit-belit, dan harga yang mahal.

“Tanaman PRG melewati sejumlah proses, mulai dari laboratorium, kemudian ke FUT dan LUT, assesmen, hingga bisa dipasarkan. Tiap level ada regulasinya,” terang Herman.

Sementara ditegaskan oleh Guru Besar Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Parulian Hutagaol, tak ada alasan Indonesia untuk menghambat PRG. Nyatanya, jagung dan gula yang diimpor merupakan produk-produk PRG.

“Kita makan. Lalu kenapa kita larang menanam? Berarti kta lebih menyukai uang kita diberi kepada asing dan memberi lapangan kerja bagi negara lain,” kata Parulian.

KEYWORD :

Kementerian Pertanian IndoBIC Bioteknologi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :