Bendera Uni Eropa (Foto: UB Post)
Jakarta - Pemerintah Iran memastikan komitmen Uni Eropa akan tetap mengimpor minyak mentah dari negara tersebut bahkan, Amerika Serikat (AS) memulihkan kembali sanksi Iran pada 4 November.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, Iran masih menunggu keputusan nyata Eropa. Meski sisi lain, Negeri Para Mullah menyadari bahwa keputusan tersebut merupakan pilihan sulit yang harus dihadapi Uni Eropa.
"Penasehat keamanan nasional Presiden Trump, John Bolton dengan gamblang mengatakan, Uni Eropa harus memilih antara Iran dan AS. Namun Uni Eropa tampaknya enggan membuat pilihan kasar seperti itu dan mencoba bermanuver di antara keduanya," ujar Zarif, dilansir dari Oil Price, Selasa (28/8).
Setelah mencuat undang-undang yang dikenal sebagai undang-undang pemblokiran, yang melarang perusahaan Eropa mematuhi sanksi pihak ketiga, Uni Eropa pekan lalu menyetujui paket bantuan sekitar USD21 juta atau 18 juta euro untuk mengurangi efek sanksi AS terhadap Iran.
Paket ini merupakan bagian dari paket lebih besar dengan selisih USD58 juta atau 50 juta euro dalam upaya mencegat Negeri Para Mullah itu membubarkan kesepakatan nuklir 2015.
Meski begitu, Zarif menolak, paket bantuan itu ada hubungannya dengan kesepakatan nuklir, "Ini adalah paket yang akan membantu kedua belah pihak memiliki komunikasi satu sama lain dan itu tidak ada hubungannya dengan perjanjian nuklir dan lainnya."
Menjaga saluran ekspor minyak ke Eropa terbuka hampir sama pentingnya bagi Iran karena menjaga ekspor ke China dan India. Ini menjadi masalah setelah Irak dan Arab Saudi mengambil alih pangsa pasar Iran di Eropo.
Laporan Reuters menyebutkan, data pengiriman, yang mengungkapkan, pengiriman minyak Iran ke Eropa turun 35 persen sejak awal tahun, menjadi 415.000 bpd, sementara ekspor Saudi ke Uni Eropa meningkat dua kali lipat. Begitupun dengan Irak, naik 30 persen dari sebelumnya.
KEYWORD :Uni Eropa Amerika Serikat Arab Saudi Iran