Ilustrasi dosen (foto: Google)
Jakarta – Direktur Jenderal Kelembagaan dan Iptek Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Patdono Suwignjo mengungkapkan, faktor terbesar gagalnya pengajuan pendirian perguruan tinggi (PT) karena dosen.
Sebab selama ini, umumnya perguruan tinggi yang tertolak pendiriannya, memiliki jumlah dosen kurang dari enam di setiap program studi (prodi)-nya. Padahal untuk memenuhi syarat pendirian PT, per prodi minimal memiliki enam orang dosen.
“Dalam tiga tahun terakhir kenapa proses (pengajuan) lama? Karena dosen. Kami sudah pelajari, 95 persen kegagalan karena faktor dosen,” ujar Patdono pada Selasa (28/8) di Jakarta.
Untuk memenuhi unsur dosen ini, menurut Patdono gampang-gampang sulit. Karena dosen harus minimal lulusan magister (S2), nyatanya tak banyak lulusan S2 berminat jadi dosen.
Karena itu Patdono menyarankan perguruan tinggi merampingkan jumlah prodinya, untuk memenuhi syarat jumlah dosen, jika belum mampu merekrut dosen tambahan.
“Jadi di Indonesia itu, cari dosen itu sulit meskipun banyak pengangguran. Dosen kan harus S2, kebanyakan lulusan S2 tidak berminat jadi dosen,” terangnya.
Selain faktor dosen, Patdono juga menyinggung soal modal mendirikan perguruan tinggi. Paling tidak untuk mendirikan perguruan tinggi baru, harus sudah menyiapkan modal selama lima tahun ke depan.
Pasalnya, pada tahun pertama perguruan tinggi tidak langsung digandrungi oleh mahasiswa baru. Padahal kampus baru memerlukan promosi, sosialisasi, hingga memenuhi biaya operasional.
“Kalau tidak punya cadangan finansial yang cukup untuk lima tahun, bisa mati. Karena pada tahun pertama jumlah pendaftarnya tidak banyak. Belum banyak masyarakat yang tahu. Kalau sudah lima tahun nanti baru bisa untuk mebiayai operasional,” jelasnya.
KEYWORD :Pendidikan Dosen Kemristekdikti