ilustrasi Israel
Jakarta - Penandatanganan kesepakatan Suriah-Iran, yang mengizinkan Negeri Para Mullah membangun kembali pasukan militer Suriah membuat Israel kebakaran jenggot.
"Israel tidak akan mengizinkan Iran di Suriah. Kami akan bertindak sekuat kami untuk menentang posisi Iran di Suriah yang bisa mengancam Negara Israel," kata Menteri Intelijen Israel, Yisrael Katz kepada Otoritas Penyiaran Publik Israel.
Katz mengatakan, perjanjian Suriah-Iran ini "melewati garis merah yang telah kami tetapkan". Karena itu, Katz mengasakan, jika presiden Bashar al-Assad membela pasukan Iran, maka ia akan segera merasakan konsekuensinya.
Senin sebelumnya, media Iran melaporkan Teheran dan Damaskus meneken kesepakatan militer dan rekonstruksi selama kunjungan Menteri Pertahanan Amir Hatami ke Suriah.
Israel telah kerap menuduh Teheran mengekspliotasi konflik yang sedang berlangsung di Suriah untuk membangun pusat militer permanen di dekat perbatasan Israel.
Sementara itu, Katz menjabarkan kebijakan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman atas blokade Jalur Gaza sebagai "kegagalan total".
"Israel harus mengambil keputusan strategis yang akan mengubah keadaan Jalur Gaza," terang Katz dilansir dari Anadolu, Kamis (30/8).
"Saya mendukung tindakan sepihak atas Gaza tanpa dialog dengan Hamas, yang akan mencapai tiga tujuan strategis: perpisahan sepenuhnya Israel dan Gaza dalam semua masalah sipil dan perpisahan sepenuhnya masalah keamanan dan demografi antara Gaza, Israel, dan Otoritas Palestina," sambungnya.
Tujuan ketiga, lanjut Katz, adalah untuk menetapkan kebijakan pencegahan di sepanjang perbatasan Gaza. "Saya tidak percaya akan kesepakatan apapun dengan Hamas, baik pada level dasar maupun pada level operasional," kata Katz.
Rumah bagi nyaris dua juta orang, Jalur Gaza terguncang di bawah blokade Israel selama 11 tahun, yang menghancurkan perekonomian daerah pesisir dan menjauhkan penduduknya dari banyak kebutuhan dasar.
KEYWORD :Iran Suriah Israel