| Sabtu, 01/09/2018 17:10 WIB
Vladimir Putin dan Recep Tayyip Erdogan bertemu di Ankara membahas pengakuan Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (Newsweek)
Jakarta - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan segera menerima sistem anti-rudal S-400 sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani dengan Rusia.
Erdogan mengatakan
Turki mengejar kepentingannya sendiri dan berjuang untuk mencapai tujuannya sendiri di tengah upaya mereka yang mencoba membentuk negara dan wilayah kita sesuai dengan agenda mereka sendiri.
"Kami tidak menyesali keputusan kami," ujar Erdogan.
Desember lalu,
Turki mengumumkan telah menyelesaikan perjanjian dengan
Rusia untuk pembelian dua sistem S-400 pada awal 2020. April ini kedua pihak menyetujui pengiriman awal sistem.
S-400 adalah sistem rudal anti-pesawat jarak jauh
Rusia yang paling canggih, dengan kemampuan untuk membawa tiga jenis rudal yang mampu menghancurkan target, termasuk rudal balistik dan jelajah.
Pada bulan Juni, Senat AS meloloskan undang-undang yang melarang penjualan ke
Turki jet F-35, mengutip pembelian S-400 serta penahanan
Turki terhadap warga negara AS.
Mengacu pada baris antara AS dan
Turki setelah penahanan ulama AS, Andrew Craig Brunson, Erdogan mengatakan militer dan ekonomi
Turki menjadi sasaran dengan dalih kasus Brunson.
Turki dan AS saat ini sedang mengalami ketegangan hubungan menyusul pengenaan sanksi Washington atas penahanan Brunson, yang berada di bawah tahanan rumah di
Turki atas tuduhan terorisme.
Tuduhan Brunson termasuk memata-matai PKK - yang terdaftar sebagai kelompok teroris baik oleh AS dan
Turki - dan Organisasi Teror Fetullah (FETO), kelompok di balik upaya kudeta yang kalah di
Turki Juli 2016.
Erdogan mengatakan bahwa untuk negara lain, memerangi terorisme adalah hak yang sah untuk
Turki juga.
"Melawan terorisme dipandang sah untuk negara lain, namun, ketika menyangkut
Turki, mereka berperilaku berbeda," katanya.
Erdogan mengatakan
Turki membutuhkan aliansi dengan negara lain selain negara-negara Eropa dan AS.
"Kami tahu betul kegiatan macam apa yang memaksa kami memiliki hubungan sepihak dilakukan secara rahasia atau publik di seluruh dunia," tuturnya.
"Ketidakstabilan dalam nilai mata uang adalah operasi terhadap negara kami," kata Erdogan.
KEYWORD :
Rusia Turki Rudal