Sabtu, 23/11/2024 08:54 WIB

Palestina Pertimbangkan Balas Dendam kepada AS

Senin sebelumnya administrasi Trump mengumumkan akan menutup kantor PLO atas penolakan Otoritas Palestina untuk masuk ke perundingan yang ditengahi AS dengan Israel.

Bendera kebangsaan Palestina

Jakarta - Para pemimpin Palestina mempertimbangkan langkah-langkah balas dendam terhadap keputusan Amerika Serikat (AS) menutup kantor diplomatik Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington, DC, termasuk mengakhiri kerjasama keamanan.

"Ini adalah salah satu langkah yang mungkin kami pikirkan," kata Hanan Ashrawi, anggota komite eksekutif PLO, kepada wartawan di kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, Rabu (12/9) kemarin.

"Kami memikirkan banyak hal yang bisa dilakukan," sambungnya.

Senin sebelumnya administrasi Trump mengumumkan akan menutup kantor PLO atas penolakan Otoritas Palestina untuk masuk ke perundingan yang ditengahi AS dengan Israel.

Langkah ini merupakan langkah terbaru dalam serangkaian langkah AS terhadap kepemimpinan Palestina, yang terjadi di tengah hubungan yang memburuk antara kedua pihak setelah pengakuan kontroversial Presiden AS Donald Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel tahun lalu.

Para pemimpin Palestina, yang melihat Jerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka, mengatakan Paman Sam telah mencabut dirinya "dari meja" sebagai mediator perdamaian.

Dalam beberapa pekan terakhir, Trump telah memangkas lebih dari USD 500 juta bantuan bagi rakyat Palestina untuk mendorong mereka ke meja perundingan. Ia diharapkan untuk mengungkapkan rincian dari apa yang telah lama disebut sebagai "kesepakatan abad ini" untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

Menurut laporan berita yang beredar, kesepakatan itu melarang kembalinya lebih dari lima juta pengungsi Palestina dan menghapus status Yerusalem dari negosiasi.

Para pemimpin Palestina mengatakan Gedung Putih Trump secara terang-terangan bias mendukung Israel dan berusaha untuk memeras mereka agar menerima persyaratannya.

"Pemerintahan Amerika ini telah mengadopsi secara grosir semua posisi dari pemerintah paling ekstrim, sayap kanan, garis keras, rasis Israel dalam sejarah Israel," kata Ashrawi.

Ia mengatakan pemimpin Palestina akan membahas kemungkinan tanggapan setelah Abbas menghadiri pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City yang dijadwalkan akhir bulan ini.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu menyambut keputusan AS untuk menutup misi Palestina.

"AS membuat keputusan yang tepat ketika memutuskan untuk menutup kantor PLO di Washington," katanya kepada anggota kabinetnya.

"Penolakan (Palestina) untuk bernegosiasi dengan Israel dan serangan tak terkendali terhadap Israel tidak hanya akan meningkatkan perdamaian tetapi tidak akan membuat segalanya lebih baik bagi rakyat Palestina."

KEYWORD :

PLO Isareal Palestina Amerika Serikat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :