Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman didampingi Direktur Bulog, Budi Waseso usai melakukan inspeksi mendadak di Pasar Keramat Jadi dan Pasar Induk Beras Cipinang (Foto: Supi/jurnas.com)
Jakarta - Stok beras yang melimpah tak dibarengi dengan gudang yang memadai membuat Perum Bulog kerepotan. Perusahaan itupun harus menyewa gedung yang siap menampung 500.000 ribu ton beras.
Begitu kata Direktur Bulog, Budi Waseso di tengah-tengah inspeksi mendadak (Sidak) ke Pasar Kramat Jati dan Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Jumat (14/9) pagi.
"Mengingat keterbatasan dan panen yang masih berlangsung di beberapa daerah, kami terpaksa harus menyewa gudang," terang Buwas, sapaan Budi Waseso.
Menurut Buwas, hingga kini stok di Bulog sudah tembus satu 1.500.000 ton. Di gunakan di antaranya, kebutuhan rastra, bencan alam, maupun operasi.
Buwas juga menerangkan, beras impor jika dibandingkan 2016 harganya USD398, sedangkan 2018, USD457,36. Jika dikurs ke dollar Rp7.500 dengan Rp6.018. Berarti selisinya hampir Rp1.400 apabila dibandingkan tahun sebelumnya.
"Berarti harga beras impor naik, jika dibandingkan. Kita impor relatif harganya tidak jauh. Terus melihat stok yang ada sekarang, saya rasa kita belum perlu impor, karena total stok kita sekarang 2,7 juta ton," terang Buwas.
Jadi, kata Buwas, harga beras mahal, karena impornya juga mahal. Itulah mengapa harus menghindari impor. Sementara tadi yang sudah kita lihat itu semua beras lokal, beras dalam negeri. Makanya belum perlu suplay dari bulog.
Karena itu, sangat tidak efisien, jika ada perintah untuk impor. Sebab harganya akan semakin mahal, sebab dolar juga semakin meroket.
KEYWORD :Kementan Bulog PIBC beras