Aktivis Prancis
Jakarta - Seorang aktivis Perancis yang ditangkap selama demonstrasi di Tepi Barat yang diduduki terhadap keputusan pengadilan Israel mulai mogok makan pada Sabtu.
Nahoum Oltchik, anggota dari LSM Israel-Palestina Combatants for Peace, mengatakan bahwa profesor hukum Frank Romano, yang ditahan di sebuah pusat polisi, meluncurkan mogok makan menuntut Mahkamah Agung Israel mencabut keputusannya untuk menyetujui pembongkaran yang direncanakan. Desa Badui Khan al-Ahmar di Yerusalem Timur yang diduduki dan memungkinkan penduduk setempat untuk membangun rumah.
Oltchik mengatakan Romano, penulis buku Love and Terror di Timur Tengah, memiliki kewarganegaraan ganda Prancis dan datang ke Palestina untuk mendukung orang-orang di Khan al-Ahmar.
Demokrat Waspadai Kehadiran Kelompok pro-Palestina yang Tuntut Embargo Senjata dalam Konvensi
"Romano bertekad untuk melanjutkan mogok makan," tambah Oltchik.
Pada Jumat, tentara Israel menangkap tiga warga Palestina bersama dengan Romano selama protes. Pasukan Israel menyerang puluhan aktivis dan penduduk lokal di dekat Khan al-Ahmar.
Pekan lalu, Mahkamah Agung Israel memutuskan untuk menghancurkan Khan al-Ahmar dan mengusir penduduk Badui.
Israel berharap untuk mengusir 10.000 warga Badui dari Zona E1, yang duduk di 15 kilometer persegi tanah di Yerusalem Timur, untuk membuat jalan bagi serangkaian Yahudi-satunya unit rumah yang menghubungkan Yerusalem ke pemukiman Maale Adumim.
Jika diimplementasikan, rencana itu akan secara efektif memangkas Tepi Barat menjadi dua, mendahului kemungkinan sebuah negara Palestina yang berdampingan secara teritorial berdasarkan perbatasan pra-1967. (AA)
KEYWORD :
Turki Israel Prancis