Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih (Foto: AFP)
Jeddah - Program energi atom Arab Saudi sangat penting untuk mengembangkan sektor energi berkelanjutan. Demikian kata Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih kepada Badan Energi Atom Internasional.
Tahun ini, Negeri Petro dolar itu, akan membangun dua reaktor daya nuklir pertamanya. Kemudian akan dibangung sebanyak 16 selama 25 tahun ke depan dengan biaya lebih dari USD80 miliar.
"Rencananya adalah untuk menyediakan 15 persen kekuatan Arab Saudi dari nuklir pada 2032," terang Al-Falih dilansir dari Arab News, Selasa (18/9).
Pada konferensi tahunan IAEA di Wina, Al Falih mengatakan proyek reaktor atom adalah bagian dari Visi Kerajaan 2030 untuk mendiversifikasi sumber energinya menjadi nuklir dan energi terbarukan.
"Program ini mematuhi semua perjanjian internasional dan konvensi dan praktik terbaik, mengikuti standar tertinggi keselamatan, keamanan dan transparansi," kata Al Falih.
Menteri Al Falih mengatakan, Saudi berkomitmen untuk Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir, yang menyerukan perlucutan senjata nuklir. Ia menekankan komitmen negara nuklir untuk berbagi teknologi mereka dengan negara-negara anggota yang taat.
Ia juga mengatakan Kerajaan telah menyerukan kerjasama dengan komunitas internasional untuk menjadikan Timur Tengah sebagai daerah bebas senjata nuklir.
Awal tahun ini, AS telah mulai menjatuhkan kembali sanksi berat terhadap Iran atas program nuklirnya, setelah Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu untuk mengekang ambisi atomnya.
Al-Falih menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap semua ancaman terhadap keamanan regional dan internasional, terutama Iran."Upaya pembangunanan kemampuan nuklir Iran mengkhawatirkan, seiring dengan meningkatnya tindakan sabotase dan agresi terhadap negara lain di wilayah ini," tarangnya.
KEYWORD :Arab Saudi nuklir Iran Amerika Serikat