Sabtu, 21/12/2024 18:59 WIB

MUI: Terorisme Tak Berafiliasi Agama Tertentu

Menurutnya, terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan, sehingga berada di luar koridor agama.

Zainut Tauhid

Jakarta – Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Zainut Tauhid keberatan bila terorisme dilabelkan pada agama tertentu. Menurutnya, terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan, sehingga berada di luar koridor agama.

Terorisme tidak berafiliasi dengan agama tertentu, tapi mereka bertujuan menciptakan ketakutan dan kecemasan,” kata Zainut saat ditemui usai Seminar Nasional: Penanggulangan Bahaya Radikalisme dan Ekstrimisme di Indonesia, di Jakarta pada Rabu (3/10).

Zainut menjelaskan, setiap orang tanpa memandang apapun agama dan level pendidikannya, berpotensi terpapar radikalisme dan ekstrimisme, yang berujung pada tindak terorisme.

Apalagi di era digital, anak memiliki akses penuh terhadap dunia luar. Sehingga tanpa pengawasan dan sepengetahuan orang tua, kemungkinan anak terjangkit virus radikalisme juga terbilang tinggi.

Karena itu, lanjut Zainut, lembaga Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme (BPET) yang berada di bawah MUI, berupaya menjangkau hulunya. Agar radikalisme dan ekstrimisme mampu dicegah sejak dini.

“Paham ekstrimisme dan radikalisme dikenalkan sejak SMA hingga perguruan tinggi. Maka fokus kami (BPET, Red) juga ke kelompok yang belum terpapar, untuk memberikan edukasi. Karena tidak bisa mengubah pemikiran orang dengan serta merta,” terangnya.

Saat ditanya perbedaan BPET dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Zainut menyebut BPET terbatas pada pencegahan, melalui sosialisasi dan edukasi. Sementara BNPT, seperti diketahui, pelaksanaannya pada tahap deradikalisasi.

“Kami akan memberikan sosialisasi berkenaan dengan nilai Islam Washathiyah, Islam yang sesuai dengan kultur Islam di Indonesia,” jelas politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut.

“Penguatan nilai ideologi yang jadi perekat bangsa, ini juga jadi hal yang harus disosialisasikan kepada anak muda,” tandasnya.

Sementara komentar serupa juga disampaikan oleh Wakaba Intelkam Mabes Polri Irjen Pol Drs Suntana Msi. Menurutnya, tindak terorisme bisa dilakukan oleh semua agama, di mana salah satu faktor pemicunya ialah pola pikir mayoritas-minoritas.

“Ini (Islam, Red) cuma kasus di Indonesia saja. Tapi kalau lihat di negara lain, Yahudi Ortodok menusuk juga. Katolik juga di Serbia, karena saya pernah bertugas di sana, jadi tahu Serbia itu melakukan ethnic cleansing kepada orang-orang Bosnia,” terang Suntana kepada awak media.

KEYWORD :

MUI Terorisme Zainut Tauhid




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :