Najwa Shihab (Foto: Ecka Pramita)
Bandung - Dunia tengah menapaki era industri 4.0, sebuah zaman perindustrian yang berupaya mengintegrasikan dunia maya, internet, dengan produksi industri. Istilah Industri 4.0 pertama kali diperkenalkan di Jerman pada 2011, dan disebut oleh Kanselir Jerman, Angela Merkel pada pertemuan tahunan World Economic Forum 2015.
Perkembangan teknologi memberikan cara baru bagi aktor bisnis atau pengusaha untuk dalam berproduksi. Pun juga memberikan pola konsumsi baru yang efektif, mudah bagi segenap konsumen mengakses semua kebutuhan hidup.
Berubahnya pola produksi-konsumsi di berbagai sektor bisnis telah mengubah berbagai konsep dan teori organisasi bisnis, bahkan frasa “teknologi informasi” dan “teknologi digital” telah disejajarkan dengan inovasi itu sendiri.
Berbagai sektor usaha dan industri nampaknya tidak bisa menghindar dari disrupsi teknologi, termasuk Industri media massa. Riset Nielsen Company 2017 sebagaimana dikutip dailysocial.id menunjukkan bahwa dalam waktu lima tahun terakhir telah terjadi peningkatan penetrasi internet di Indonesia sebesar 26 persen. Persentase tersebut setara dengan 24, 2 juta masyarakat Indonesia yang menjadi penikmat internet.
Berubahnya pola produksi-konsumsi dunia industri media massa menjadi keniscayaan. Najwa Shihab saat ditemui di Paragon Summit Innovation 2018, Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jumat (12/10) tak menampik hal tersebut. “Orang makin lama makin tinggi minat menyaksikan audio visual di internet, ini hasil riset,” tuturnya.
Najwa menilai industri media masa harus berkolaborasi, dengan banyak mitra, tak sekadar aktif mencari iklan melalui konten. Media bisa melakukan upaya-upaya monetizing dalam berbagai hal, serta kreatif melihat peluang untuk membiayai industri media massa.
Najwa melihat industri media massa harus membuat konten yang kreatif sehingga mampu menyampaikan pesan dan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna internet dari beragam generasi.
"Penting untuk mencari cara-cara baru, pendekatan alternatif dalam melakukan literasi digital. Terutama dalam konteks literasi digital terhadap lintas generasi. “Good content always sell,” imbuhnya.
Media massa harus menyesuaikan platform yang ada. Selain perkembangan teknologi yang mempengaruhi cara kerja industri media massa, konsumen atau generasi pengguna internet juga harus menjadi pertimbangan.
Sebagai Duta Baca Indonesia, Najwa melihat rendahnya minat baca masyarakat harus diimbangi dengan penggunaan medium literasi secara tepat. Ia memberikan contoh, tren masyarakat menikmati konten audio visual ketimbang konten non digital, maka strategi literasinya hal itu harus diimbangi dengan membuat konten audio visual.
“Kami memperkenalkan buku, cerita dan penulisnya kepada masyarakat melalui medium audio visual,” ujarnya. Hal tersebut cukup efektif, bahkan ada orang mulai yang tertarik membeli buku. Menurutnya, industri media massa harus siap dengan perubahan baru, keinginan dan ketelatenan akan hal-hal baru.
KEYWORD :Najwa Shihab Literasi Digital Media Industri