Sabtu, 23/11/2024 16:04 WIB

Lima Faktor Pengaruhi Ketersediaan Pangan di Indonesia

Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebut, ada limaa faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan di Indonesia kian menurun. Apa saja kelima faktor tersebut?

Ketua DPR, Bambang Soesatyo

Jakarta - Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyebut, ada limaa faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan di Indonesia kian menurun. Apa saja kelima faktor tersebut?

Pertama, kata Bamsoet, kendala lahan pertanian yang kian berkurang karena kebutuhan pembangunan yang terus meningkat. Kedua, dampak perubahan iklim global yang ekstrim.

"Ketiga, kondisi pertanian Indonesia didominasi petani kecil dengan kepemilikan lahan yang sangat kecil rata-rata hanya sekitar 0,5 hektar, sehingga mengakibatkan kesulitan terhadap akses permodalan, pasar, informasi dan teknologi," kata Bamsoet, saat menghadiri puncak peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38, di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Kamis (18/10).

Keempat, lanjut Bamsoet, proporsi kehilangan hasil panen dan pemborosan masih cukup tinggi sekitar 10-20 persen. Dan yang terakhir, ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah.

"Akibatnya, daerah Jawa yang subur mempunyai produksi pertanian yang besar. Sementara, daerah luar Jawa produksinya relatif kecil karena lahannya kurang subur," jelas Bamsoet.

Lebih jauh Bamsoet mengingatkan, dunia sempat mengalami beberapa kali krisis pangan global. Di tahun 2008, Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan naiknya angka kelaparan global mencapai 40 juta jiwa. Pada tahun 2016, Perserikatan Bangsa-Bangsa melaporkan sebanyak 815 juta orang di dunia menderita kelaparan. Jumlah tersebut sama dengan 11 persen pupulasi penduduk dunia.

"FAO juga melansir 1,3 miliar ton makanan terbuang setiap tahun ditengah 815 juta orang menderita kekurangan pangan di seluruh dunia. Ini ironis sekali. Kita bisa wujudkan dunia tanpa kelaparan dimulai dari diri sendiri. Mari belajar bersyukur dari hal-hal yang kecil seperti tidak membuang-buang makanan," ajak Bamsoet.

Politisi Partai Golkar ini optimis pilot project lahan rawa lebak dan pasang surut yang dijadikan lahan pertanian oleh Kementerian Pertanian di Desa Jejangkit Muara Kalimantan Selatan, akan berhasil.

Diatas lahan seluas 4.000 hektar dimana 750 ribu diantaranya sudah ditanami padi, akan bisa menopang stok beras nasional di masa paceklik yang biasa terjadi pada Desember-Januari akibat usainya panen padi di pulau Jawa.

"Pilot project ini akan mampu merangsang berbagai daerah lain di luar pulau Jawa untuk mengembangkan lahan pertanian. Lahan rawa lebak dan pasang surut yang selama ini tidak bisa dibuat apa-apa, kini dengan bantuan pemerintah pusat akan menjadi lahan yang produktif. Dengan demikian bisa meningkatkan nilai ekonomi bagi daerah dan masyarakat setempat, sehingga kita tidak hanya bergantung pada lahan pertanian pulau Jawa saja," tutur Bamsoet.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini mengingatkan agar pilot project tersebut digarap dengan serius. DPR RI siap bekerjasama memberikan berbagai dukungan yang diperlukan, baik dari segi peraturan perundangan maupun anggaran.

"Marilah kita jadikan momentum perayaan hari pangan sedunia ini untuk memantapkan program ketahanan pangan nasional. Sehingga, bangsa kita menjadi bangsa yang sejahtera, mempunyai kecukupan pangan serta jauh dari kelaparan dan kekurangan gizi. Sekaligus, mewujudkan bangsa Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045," pungkas Bamsoet.

KEYWORD :

Ketua DPR Bambang Soesatyo Kedaulatan Pangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :