Sabtu, 23/11/2024 20:11 WIB

Usai Tuai Kritikan, Arab Saudi Mulai Reformasi Dinas Intelijen

Pemerintah Arab Saudi menyebut kematian Khashoggi adalah hasil dari operasi nakal yang dilakukan oknum di luar lingkup otoritas kerajaan.

Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud dan Putra Mahkota Muhammad bin Salman Al Saud di Riyadh, Arab Saudi pada 13 Desember 2017 (Foto: Bandar Algaloudl / Anadolu Agency)

Riyadh - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman memimpin pertemuan pertama komite khusus untuk mereformasi layanan intelijen Riyadh.

Restrukturisasi ini diperintahkan Raja Salman menyusul pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi di Istanbul.

Panitia menilai struktur organisasi Presidensi Umum Intelijen saat ini dan mengidentifikasi setiap celah dalam kerangka hukum, kebijakan, dan prosedurnya.

Khashoggi, 59, seorang wartawan Saudi yang tinggal di Amerika Serikat (AS), tewas di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, setelah mengunjungi konsulat untuk menyelesaikan dokumen terkait perceraiannya.

Pemerintah Arab Saudi menyebut kematian Khashoggi adalah hasil dari operasi nakal yang dilakukan oknum di luar lingkup otoritas kerajaan, dan 18 warga Saudi telah ditangkap.

"Informasi dari pihak berwenang Turki menunjukkan, tindakan para tersangka dalam kasus Khashoggi direncanakan," kata kantor Jaksa Agung Sheikh Saud Al-Mojeb.

"Penuntut umum melanjutkan penyelidikannya dengan tersangka untuk menyelesaikan jalannya keadilan," tambahnya.

Putra mahkota mengatakan kepada Inisiatif Investasi Masa Depan di Riyadh pada Rabu keadilan akan menang dalam kasus Khashoggi.

"Insiden itu sangat menyakitkan bagi semua orang Saudi. Itu adalah insiden menjijikkan, dan tidak ada yang bisa membenarkannya," kata Salman.

Pangeran Mohammed mengatakan Arab Saudi dan Turki akan bekerja sama untuk mencapai hasil. Ia juga menyebut kerja sama antara kedua negara sangat istimewa. (Arab News)

KEYWORD :

Arab Saudi Mohammad bin Salman Jamal Khashoggi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :