Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti
Jakarta – Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti menyebut regenerasi peneliti di Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) tidak berjalan mulus.
Hal ini terjadi karena pergantian antara peneliti pensiun dengan peneliti baru tidak berimbang. Jumlah peneliti senior yang pensiun, jauh lebih besar dari pada peneliti muda.
“Kalau pensiun 1.000 diganti 1.000. Itu tidak pernah terjadi. Setiap tahun harusnya ada pergantian. Jadi antara yang dulu, pengalaman banyak, dewasa, senior, dengan yang muda ini jauh, sehingga terjadilah gap,” kata Ghufron dalam kegiatan Konferensi Riset dan Inovasi Indonesia: Ikatan Alumni Riset-Pro (IASPro), di Jakarta, Selasa (30/10).
Selain itu, lanjut Ghufron, banyak ditemui usia antara peneliti muda dan peneliti senior terpaut jauh. Sehingga pada akhirnya tidak hanya menciptakan jurang perbedaan usia, namun juga dari segi pengetahuan.
“Gap antara generasi LPNK antara senior dengan yang di bawah-bawahnya tinggi sekali. Regenerasi tidak berjalan lancar,” kata
Dengan demikian, guna mengatasi masalah ini, pemerintah berupaya menggenjot kualitas dan kapasitas peneliti muda, salah satunya dengan program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Melalui program ini, para peneliti muda dikirim belajar ke berbagai universitas ternama di luar negeri, dengan harapan mampu mengimbangi kemampuan peneliti senior di Tanah Air.
“Sudah 463 pegawai diberangkatkan ke universitas terkenal di dunia. Dengan mengirim mereka, kami berharap bisa mendekati senior bahkan melebihi,” tandasnya.
KEYWORD :Pendidikan Tinggi Peneliti LPNK Kementerian Ristekdikti