Presiden baru Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa (Foto: Ihsaan Haffejee)
Johannesburg - Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa akan memberantas kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak. Dan tidak akan beristirahat hingga angka-angka ini diturunkan hingga nol.
Demikian disampaikan dalam sebuah KTT tentang kekerasan berbasis gender dan femisida pada Kamis (1/11). Ramaphosa mengatakan meskipun kekerasan terhadap perempuan adalah fenomena global, di Afrika Selatan masalah ini menjadi lebih parah.
"Statistik Afrika Selatan melaporkan bahwa 138 dari 100.000 wanita diperkosa tahun lalu, ini merupakan angka tertinggi di dunia," kata Ramaphosa.
Pemimpin Afrika Selatan itu mengatakan, perempuan sering dianiaya oleh pasangan mereka.
"Mereka ditampar, dipukul, diperkosa, dianiaya, dilecehkan secara emosional dan dibunuh karena mereka berhubungan dengan pria yang merasa berhak untuk menggunakan kekuasaan dan mengendalikan mereka."
"Kita harus menunjuk dan mempermalukan mereka yang melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak," katanya.
Ramaphosa mengatakan bahwa mereka akan memastikan agar para petugas penegak hukum dilatih untuk menyelidiki kasus-kasus pelecehan.
"Saya mengajak semua warga Afrika Selatan untuk berjuang melawan kekerasan berbasis gender dan femisida," katanya, menambahkan bahwa pemerintah akan terus menanggapi seruan aktivis gender dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak.
Data terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia menunjukkan bahwa tingkat bunuh diri Afrika Selatan adalah 12,1 dari 100.000 orang pada 2016. Angka ini hampir lima kali lebih tinggi daripada rata-rata global 2,6 dari 100.000 orang.
"Kami menargetkan tingkat kematian menjadi nol per 100.000 orang," kata Ramaphosa. (aa)
KEYWORD :
Kekerasan Seksual Afrika Selatan Gender