Sabtu, 23/11/2024 11:29 WIB

Yesaya, Ketika Kanker Payudara Jadi Tak Menyeramkan

Kekuatan yang dialami Yesa tak serta merta ada, sebab ia pernah mengalami fase terpuruk manakala vonis menghampiri.

Yesaya, penyintas kanker payudara asal Cilacap (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - "Jangan abaikan deteksi dini, jangan abaikan periksa payudara kita sedini mungkin" imbauan itu kerap disampaikan Yesaya Fernindi Hohu pada teman-teman perempuannya. Betapa penting mencegah sejak dini, begitulah yang ada dalam benaknya.

Yesa (panggilan karibnya) melakukan itu bukan tanpa alasan, Perempuan asal Cilacap Jawa Tengah ini sedang berjuang melawan kanker payudara stadium 4. Saat ditemui Jurnas.com pun nafasnya sedikit terengah, tak bisa lama berdiri, sesekali ia memegang bagian kanan bawah ketiaknya yang baru saja menjalani operasi ke-sembilan.

Pada 2014 lalu ia merasakan ada benjolan di payudara, waktu itu berpikir wajar kalau datang bulan ada benjolan. "Saat itu beberapa kali terasa benjolan saya abaikan, mikirnya masih wajar," ucap Yesa saat ditemui di acara Temu Penyintas Kanker Payudara, di Jakarta, Sabtu (27/10).

Sampai pada akhirnya ia tiba-tiba lumpuh, tanpa berpanjang waktu langsung periksa ke dokter. Saat itu hasil diagnosis dokter menunjukkan bahwa ada kanker payudara stadium 4 yang sudah menyebar sampai tulang belakang. Tak hanya itu, sel kanker juga sudah sampai ke rahim, kelenjar getah bening, hepar dan pembekuan pada otak.

Saat itu tak ada pilihan lain selain pengobatan. Yesa pun mulai intens menjalani Kemoterapi sebanyak 18 kali, kemo untuk hepar 6 kali, kemo untuk tulang 5 kali, dan radiasi mulai per 25 Oktober, sampai usai operasi ke-sembilan akan diadakan radiasi ulang untuk kelenjar getah bening.

Selama obrolan, Yesa kerap disapa teman-teman yang menanyakan kondisinya usai operasi. Dengan suara renyahnya Yesa menjawab: Aku gak apa-apa kok, siapa yang sakit?

Kekuatan yang dialami Yesa tak serta merta ada, sebab ia pernah mengalami fase terpuruk manakala vonis menghampiri. Saat itu ia banyak merenung, dialog dengan Tuhan melalui salat seraya meyakinkan diri bahwa ia mampu melalui meski sudah lumpuh. Ia tak lagi berpikir kalau kanker itu menyeramkan tapi bagaimana berjuang menghadapinya.

Tak hanya itu, perempuan yang lahir di Lampung ini juga mengisi masa-masa pengobatan dengan menulis catatan-catatan pengalaman hidupnya melalui sosial media. Seorang kawan pun terketuk ingin bantu menerbitkan kisahnya, sampai kemudian terbit buku bertajuk: "It`s Me vs Cancer: Diary Kocak Survivor Kanker"

Buku yang terbit makin melecutkan semangat sembuhnya, melalui buku itu ia juga menyampaikan betapa deteksi dini itu sangat penting. Karena itulah mendukung program YKPI yang fokus pada Sadari dan Sadanis.

Menulis menjadi terapi bagi Yesa, dengan menulis ia tak lagi stres, ditambah dukungan dari keluarga dan teman yang tak ada habis-habisnya.

Ia kerap mengatakan jika para warriors dan Survivors Kanker Payudara tak hanya butuh semangat tapi bulatkan semangat perbanyak stok semangat. "Kita semua punya hak untuk memperjuangkan hidup ini," ujarnya mantap.

KEYWORD :

Kanker Payudara Penyintas Deteksi Dini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :