Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy
Jakarta – Keberadaan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) di perguruan tinggi menuai kritik dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
Dalam kegiatan Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertajuk `Pengurangan Pengangguran` di Kantor Bappenas Jakarta, Mendikbud menyebut LPTK tidak menghasilkan guru yang dibutuhkan untuk revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK).
“Kalau revitalisasi SMK ini berjalan baik, kita butuh 91 ribu guru. Dan tidak bisa dari LPTK, karena tidak ada satu pun LPTK yang mencetak calon guru yang kami inginkan,” kata Muhadjir pada Kamis (8/11).
Diduga Terkontaminasi, Hampir 12 Persen Rempah India Tidak Penuhi Standar Kualitas dan Keamanan
Muhadjir mencontohkan, LPTK yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) tidak bisa menghasilkan guru di bidang pariwisata dan kelautan.
Padahal, mengingat Indonesia sedang menggalakkan pariwisata dan industri di kedua sektor tersebut, keberadaan guru yang ahli bidangnya sangat dibutuhkan.
“Maka kelautan itu biasanya kami menarik pelaut pensiun untuk dijadikan guru. Karena guru kelautan, kebutuhan kita sangat tingggi di sana, terutama untuk pesiar,” terang Muhadjir.
Selain mengkritik ketidakmampuan LPTK menghasilkan guru di bidang keahlian tertentu yang dibutuhkan pasar, Mendikbud juga mengeluhkan membludaknya guru normatif dan adaptif.
Dia menjelaskan, guru adaptif merupakan guru mata pelajaran murni, antara Biologi, Fisika, Matematika, Kimia, dan mata pelajaran eksak lainnya. Sementara guru adaptif ialah guru yang mengajar agama dan Pancasila.
“Saya malah pernah liat SMK yang guru agama dan Pancasilanya lebih banyak. Lalu kami membuat program keahlian ganda. Mereka yang guru adaptif disekolahkan ke bidang keahlian. Dan hasilnya bagus,” ujarnya.
“Misalnya, guru fisika masuk otomotif lebih bagus. Karena sudah punya dasar-dasarnya,” tandasnya.
KEYWORD :Pendidikan Dasar Menengah Guru SMK LPTK Dikritik