Minggu, 24/11/2024 01:36 WIB

Mengenal Trend Forescasting yang Jadi Jujugan Mode

Trend forecasting sangat perlu untuk dipelajari oleh para desainer dikarenakan adanya perubahan pola pikir masyarakat.

Jakarta - Pada perhelatan Jakarta Fashion Trend 2019 mengangkat tema Trend Forecasting 2019/2020: Singularity yang merupakan hasil riset kerjasama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dan tim Indonesia Trend Forecasting.

Tead Expert Indonesia Trend Forecasting Dina Midiani mengatakan jika trend forecasting sebuah metode untuk memprediksi atau memproyeksikan trend beberapa waktu kedepan. Hal ini bertujuan untuk memunculkan desain yang baru yang laku dalam rangka memenuhi selera pasar.

"Penggunaan hasil tren ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam menyebarluaskan prediksi tren 2019/2020 kepada masyarakat, khususnya warga Jakarta dan sekitarnya yang memiliki awareness tinggi akan fashion," ucapnya di Jakarta, Kamis (8/11).

Desainer memang dituntut untuk menghasilkan suatu inovasi (kebaruan) sesuai dengan perkembangan zaman dalam setiap karya desain yang diciptakannya.

Namun hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah kebaruan-kebaruan tersebut di atas cukup menjadikan sebuah objek desain diminati oleh calon konsumennya? Jawaban sepintas memang iya.

Tetapi, menurut National chairman Indonesian Fashion Chamber Ali Charisa, semakin ketatnya kompetisi tidak menutup kemungkinan pesaing-pesaing akan berbuat hal yang sama sehingga konsumen mempunyai lebih banyak pilihan dalam menentukan produk yang akan dibelinya

Untuk itu, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) rutin memberikan sosialisasi baik dalam bentuk seminar maupun workshop terkait dengan pengaplikasian prediksi tren.

Melalui perhelatan Jakarta Fashion Trend ini, hasil riset Trend Forecasting 2019/2020: Singularity dapat tersebar secara merata dan memberikan dampak yang baik bagi bisnis fashion di Indonesia secara umum.

Jakarta Fashion Trend ditargetkan akan digelar secara berkelanjutan setiap tahun sehingga diharapkan dapat menjadi platform yang dapat mengangkat desainer tanah air dan menggaungkan tren fashion Indonesia ke tingkat global sehingga dapat menjadi barometer fashion di tingkat nasional bahkan internasional

Jakarta Fashion Trend 2019 menghadirkan rangkaian acara berupa fashion show, fashion exhibition, trend presentation, dan fashion illustration competition.

Seluruh desainer menampilkan ready to wear craft fashion yang meliputi kategori busana muslim dan konvensional dalam ragam gaya busana (mulai dari urban kontemporer hingga etnik kontemporer) dalam mengaplikasikan empat tema dalam Indonesia Trend Forecasting 2019/2020 yaitu Exuberant, Neo Medieval, Svarga, dan Cortex yang mengangkat kekuatan konten lokal dan kesinambungan dengan tren global.

Fashion show menampilkan presentasi koleksi tren 2019 karya lebih dari 21 desainer anggota Indonesia Fashion Chamber Jakarta Chapter, yakni Lisa Fitria, 2Pose by Monika Jufry, Anemone by Hannie Hananto, Najua Yanti, #MARKAMARIE, Lia Mustafa, Fitri Aulia, KHANAAN, Eugeneeffectes, Raegita Zoro, Priscilla, Novita Yunus, KULTURA by Barlan & Gita, JSL LeViCo by Justina Josepha, Ichwan Thoha, dan Lenny Agustin. Serta menghadirkan karya desainer tamu, yakni Itang Yunasz dengan brand Allea dan Ali Charisma.

Jakarta Fashion Trend 2019 menampilkan pula karya desainer Indonesia Fashion Chamber Jakarta Chapter  yang berkolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Barat mempersembahkan karya Chaera Lee dan Wignyo, Dekranasda Sulawesi Barat mempersembahkan karya Neera Alatas, Dekranasda Kutai Barat mempersembahkan karya Billy Tjong, Dekranasda Maluku Tenggara Barat, dan Galeri Batik Destiani mempersembahkan karya Irma Intan.

Selain itu, menampilkan debut karya Risa Maharani, alumni SMK NU Banat binaan Bakti Pendidikan Djarum Foundation, sebagai desainer profesional.

KEYWORD :

Jakarta Fashion Trend Indonesia Forescasting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :