Rabu, 27/11/2024 15:22 WIB

Muslim Rohingya Trauma Pulang Kampung

Beberapa pengungsi juga masih trauma atas pembantaian mengerikan di wilayah tersebut tahun lalu.

Tenda para pengunsi Etnis Rohingya di Bangladesh (Foto: AN)

Jakarta -  Rencana pemulang ratusan ribu Rohingnya ke Myanmar disebut masih sangat prematur. Beberapa pengungsi juga masih trauma atas pembantaian mengerikan di wilayah tersebut tahun lalu.

"Mereka takut apa yang terjadi pada diri mereka jika kembali ke Myanmar sekarang, dan tertekan oleh kurangnya informasi yang mereka terima," kata kelompok dari 42 badan bantuan dan kelompok masyarakat sipil  dalam sebuah pernyataan, Jumat (9/11).

"Mereka melarikan diri ke Bangladesh untuk mencari keselamatan dan mereka sangat berterima kasih kepada Pemerintah Bangladesh karena memberi mereka tempat berlindung yang aman," sambungya, dilansir Al Jazeera.

Oxfam, World Vision, dan Save the Children termasuk di antara kelompok-kelompok yang bekerja di Myanmar dan Bangladesh yang menandatangani pernyataan itu.

Sebelumnya, PBB mengatakan kondisi di Rakhine belum sepenuhnya aman untuk etnis Rohingya. Utusan khusus untuk hak asasi manusia (HAM), Yanghee Lee, pada Kamis mendesak agar tidak segera memulangkan etnis tersebut.

Lebih dari 720.000 warga Rohingya melarikan diri dari Negara Rakhine Myanmar setelah penumpasan militer pada Agustus 2017 yang menurut para korban termasuk perkosaan massal dan pembunuhan di luar hukum.

Para pejabat PBB mengatakan para pemimpin militer negara itu harus diselidiki untuk genosida, tetapi Myanmar telah menolak seruan itu, dengan alasan bahwa pihaknya hanya membela diri terhadap pemberontak Rohingya yang menyerang pos-pos polisi.

Bangladesh dan Myanmar menandatangani perjanjian repatriasi pada November tahun lalu untuk memulangkan Rohingya kembali, tetapi etnis tak ingin kembali tanpa jaminan kewarganegaraan, kebebasan bergerak dan keamanan.

Pemerintah Myanmar dan Bangladesh telah mengkonfirmasi dalam beberapa pekan terakhir akan mendorong repatriasi skala besar pertama yang ditetapkan untuk pertengahan November, menuai kecaman. Para aktivis mengatakan, kondisi di tanah di Rakhine belum 100 persen aman.

Aktivis itu juga mengatakan, para pengungsi takut tinggal di pemukiman tertutup seperti di pusat Rakhine State, di mana lebih dari 120.000 orang Rohingya telah dikurung di kamp selama enam tahun sejak kekerasan antar-komunis meletus di kawasan itu pada 2012.

KEYWORD :

Pembantaian Rohingya Repatriasi Rohingya




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :