Sabtu, 23/11/2024 03:24 WIB

Lisnawati: Pilih Dokter, Jangan Alternatif

Lisnawati yang selalu ceria dan semangat ini kini mengisi hari-harinya dengan memberikan motivasi pada sesama penyintas.

Bagi Lisnawati, kanker payudara adalah penyakit yang harus segera diobati agar ia dapat melanjutkan hidup demi keluarga dan murid-muridnya (Foto: Ecka Pramita)

Jakarta - Banyak yang bilang kalau kita terkena penyakit harus disyukuri sebagai penebus dosa. Tapi mitos itu tidak berlaku bagi Lisnawati Meusu (58), guru seni SMA asal Kendari, Sulawesi Tenggara.

Baginya, kanker payudara yang dideritanya adalah penyakit yang harus segera diobati agar ia dapat melanjutkan hidup demi keluarga dan murid-muridnya.

Itu terjadi 18 tahun lalu saat usianya masih 40 tahunan. Dokter memvonisnya terkena kanker payudara dan harus segera dioperasi. "Waktu itu saya chek-up di sebuah rumah sakit di Makasar. Kadang terasa ada biji, agak keras. Lalu saya didiagnosis stadium dini kanker payudara,” kata Lisnawati mengingat awal kanker menyerang tubuhnya.

Sama seperti perempuan lain yang didiagnosis kanker payudara, Lisnawati pun awalnya khawatir dan takut. Apalagi dokter saat itu menyarankan agar payudaranya diangkat saja demi hasil yang lebih baik.

“Tentu awalnya takut bercampur kaget dan kuatir juga mengetahui hasil itu. Lalu saya berembuk dengan suami dan anak untuk mengambil keputusan terbaik bagi keselamatan saya. Dan mereka pun mendukung tindakan pengangkatan payudara atau Mastektomi yang sebelah kanan,” tambah Lisnawati seraya mengatakan keluarganya adalah pendukung utama untuk kesembuhan dirinya.

Lisnawati mengaku banyak teman-temanya yang menyarankan untuk mencari pengobatan alternatif daripada harus dioperasi atau diangkat payudaranya.

“Tapi saya tidak terpengaruh, saya sama sekali tidak tertarik. Saya yang merasakan, penyakit ini nyata. Mana mungkin saya bisa percaya cara alternative bisa menyembuhkan,” tandas Lisnawati.

Biaya pengobatan kankernya ditambakan Lisnawati tidaklah murah. Untungnya, kata Lisnawati lagi, ia ditolong Askes atau sekarang orang lebih mengenal dengan BPJS. “Askes menanggung pengobatan saya sekitar 85 persen,” imbuhnya,

"Puji Tuhan dukungan keluarga terutama suami dan anak-anak sangat besar dan berarti dalam perjalanan rumah tangga kami," ucapnya penuh syukur. Tak hanya dari keluarga inti, keluarga besar dan jemaat Gereja tak ketinggalan siswa dan sekolah pun turut mendukung melalu doa dan pengharapan.

"Kekuatan dukungan itulah yang membuat saya merasa tidak sehat dan saya semangat menjalani hidup ini," ungkap Lisna yang memiliki hobi berkesenian ini.

Lisnawati yang selalu ceria dan semangat ini kini mengisi hari-harinya dengan memberikan motivasi pada sesame penyintas. Baru-baru ini, ia pun mengikuti pelatihan pendamping kanker payudara yang diselenggarakan YKPI di Jakarta.

“Saya yakinkan mereka jalan medis adalah jalan terbaik. Jangan coba-coba alternatif. Tak perlu takut dan ragu. Kita berjuang, jangan lari ke alternatif, datang ke dokter. Saya adalah contoh nyata,” seru Lisnawati penuh semangat.

KEYWORD :

Kanker Payudara Penyintas Dukungan Keluarga




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :