Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy
Jakarta – Pemerintah terus berupaya meningkatkan kemampuan pelajar Indonesia di bidang matematika dan sains. Yang terbaru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menggandeng Denmark di kedua bidang tersebut.
Pemilihan Denmark bukan tanpa alasan. Berdasarkan capaian dalam skor Programme for International Students Assessment (PISA), Denmark selalu menempati posisi 20 besar, yakni peringkat ke-15. Sementara Indonesia belum beranjak dari peringkat ke-62.
Karena itu, dalam kunjungan Duta Besar Denmark Rasmus Abildgaard Kristensen pada Rabu (13/11) pagi, Kemdikbud meneken sejumlah kerja sama, antara lain: pembelajaran pengelolaan manajemen sekolah, baik negeri maupun swasta; pengembangan keterampilan pendidikan sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM); dan peningkatan kemampuan siswa dalam HOTS (High Order Thinking Skill).
Menurut Mendikbud Muhadjir Effendy, kerja sama juga akan mencakup pelatihan maupun pertukaran guru dan siswa, termasuk peningkatan keterampilan dalam pembelajaran kreatif dan keterampilan STEM, baik di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), dasar, menengah, dan kejuruan.
Seperti diketahui, Indonesia dinyatakan darurat matematika, setelah laporan Research on Improvement of System Education (RISE) 2018 menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa sekolah dasar (SD) tidak berbeda jauh dengan sekolah menengah atas (SMA).
Tak hanya itu, data Indonesia Familiy Life Survey (IFLS) pada 2000, 2007, dan 2014 juga menunjukkan hasil serupa.
Dalam hasil penelitian IFLS, lebih dari 85 persen lulusan SD, 75 persen lulusan SMP, dan 55 persen lulusan SMA hanya mencapai tingkat kompetensi di bawah kelas 2 SD. Sisanya, hanya sebagian kecil memiliki kompetensi di atas kelas 4 dan 5 SD.
Darurat Matematika Pendidikan Dasar Menengah Muhadjir Effendy