Minggu, 24/11/2024 06:44 WIB

Sahel, Negeri Satu Musim yang Ironis Hidupnya

Sahel hanya memiliki satu musim tanam, dan jika tidak berjalan dengan baik karena guncangan atau konflik iklim, warga harus bertahan hidup dalam keadaan seadanya hingga musim berikutnya.

Pengungsi dari Senegal melarikan diri dari ketidakamanan di wilayah Sahel yang mengalami kekurangan makanan (Foto: Rebecca Blackwell / AP Photo)

Jakarta -  Musim kemarau yang berkepanjangan dan mahalnya harga kebutuhan pokok adalah momok mengerikan di negara Sahel. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, hampir semua anak berusia di bawah 10 tahun mengalami kelaparan di wilayah subur itu.

Lebih dari 1,3 juta anak-anak di bawah usia lima tahun kekurangan gizi yang parah tahun ini di enam negara paling parah di Sahel, zona transisi biogeografi antara selatan gurun Sahara dan utara Savanah di Sudan.

"Ini meningkat 50 persen," tulis laporan UNICEF, Jumat (16/11).

"Setiap tahun di Sahel, banyak anak mengalami kekurangan gizi akut, terutama selama musim paceklik, dimana sumber makanan sangat langka. Di samping itu ada peningkatan penyakit malaria dan diare," tambahnya.

Direktur regional UNICEF untuk Afrika Barat dan Tengah, Marie-Pierre Poirier, mengatakan, anak-anak yang kekurangan gizi paling rentan terhadap penyakit seperti malaria dan penyakit yang ditularkan melalui air.

"Demikian pula, jika mereka melawan penyakit, mereka berisiko lebih besar kurang gizi. Itulah mengapa penting mencegah penyebaran penyakit, meningkatkan akses ke sanitasi yang memadai, dan mempromosikan praktik pemberian makanan bayi dan anak yang optimal," jelasnya.

Di Burkina Faso, Chad, Mali, Mauritania, Niger, dan Senegal, tahun ini sangat mengerikan. Diperkirakan 6 juta orang tidak memiliki cukup makan di seluruh wilayah selama musim paceklik, menurut badan pangan dunia (FAO).

"Komunitas pastoralis termasuk yang paling terpukul, karena hujan yang buruk berarti tidak ada cukup vegetasi untuk merumput," kata Coumba Sow, koordinator regional untuk ketahanan FAO.

Sahel hanya memiliki satu musim tanam, dan jika tidak berjalan dengan baik karena guncangan atau konflik iklim, warga harus bertahan hidup dalam keadaan seadanya hingga musim berikutnya.

Perubahan iklim yang memburuk membuat curah hujan lebih tidak menentu. Hujan yang kadang datang terlambat menyebabkan banyak petani kehilangan separuh benih mereka.

"Badan-badan PBB dan pemerintah lokal saat ini sedang mengevaluasi tingkat produksi untuk musim baru," lanjut Sow.

KEYWORD :

Musim Tanam Kekurangan Gizi Sahel Afrika




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :