Presiden Sudan, Omar Al-Bashir (Foto: Minasse Wondimu Hailu/Anadolu Agency)
Khartoum, Sudan - Presiden Sudan, Omar al-Bashir, mengaku mendapat wejangan untuk menormalkan hubungan dengan Israel demi memperbaiki situasi di negaranya.
Dilansir dari Anadolu, tanpa menyebut siapa yang memberikan saran, Bashir mengatakan, ia percaya bahwa rezeki ada di tangan Tuhan. Berbicara saat pertemuan dengan para tokoh Sufi di Khartoum, ia juga mengomentari aksi kekerasan selama protes berlangsung di Sudan.
"Kami tidak membunuh orang untuk membalas dendam. Kami datang untuk memberi mereka lingkungan yang aman, kehidupan yang terhormat dan sejahtera," kata Bashir.
Bashir menyesalkan rusaknya harta benda warga dan negara dalam demonstrasi yang disulut oleh krisis ekonomi itu.
Berbicara kepada Federasi Serikat Buruh Sudan di Khartoum pada Kamis, Bashir menyalahkan negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) karena menyebabkan krisis. Dia juga berjanji menyelesaikan krisis di Sudan.
Protes di Sudan dimulai pada 19 Desember 2018 di empat belas dari 18 negara bagian, termasuk ibu kota Khartoum. Aksi unjuk rasa terjadi akibat frustasi warga Sudan akibat tingginya inflasi dan kelangkaan kebutuhan hidup.
Sejumlah demonstran bahkan meminta Bashir mengundurkan diri.
Otoritas Sudan mengatakan setidaknya 19 orang tewas dalam demonstrasi itu. Namun kelompok oposisi mengatakan korban tewas hampir 40 orang.
Pihak berwenang telah memberlakukan keadaan darurat di beberapa negara bagian negara. Sementara sejumlah pejabat pemerintah menuduh Israel bersekongkol dengan kelompok pemberontak untuk mengacaukan negara.
Sebagai negara berpenduduk 40 juta jiwa, Sudan tengah berusaha memulihkan keadaan ekonominya setelah kehilangan tiga perempat dari produksi minyaknya menyusul pemisahan diri Sudan Selatan dari Sudan pada 2011.
Presiden Sudan Omar al-Bashir Krisis Ekonomi