Minggu, 24/11/2024 03:27 WIB

Radikalisme di Kampus, Peneliti LIPI: Kritis Bukan Radikal

Menurut Zuhro, penelitian semacam ini kental bernuansa politik. Apalagi tidak disebutkan secara rinci daftar kampus yang terpapar radikalisme tersebut.

Ilustrasi

Jakarta, Jurnas.com – Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengimbau seluruh pihak berhati-hati menyikapi stigma radikal, menyusul survei yang menyatakan bahwa 23 persen mahasiswa terpapar radikalisme di perguruan tinggi.

Menurut Zuhro, penelitian semacam ini kental bernuansa politik. Apalagi tidak disebutkan secara rinci daftar kampus yang terpapar radikalisme tersebut.

“Menurut saya harus hati-hati, karena ini ada nuansa politik yang seolah-olah kita semua ini terpapar radikalisme. Kritis itu bukan radikal. Itu yang harus dibedakan,” tegas Zuhro kepada awak media di Jakarta pada Selasa (5/2).

Zuhro menegaskan, kampus memang dunia kritis. Kritis selama berada dalam koridor akademis tetap diperbolehkan. Sehingga tidak layak disandingkan dengan radikalisme yang notabene selama ini digambarkan dengan membunuh orang lain.

Pun pemerintah dia imbau tidak mudah mencap kampus tertentu telah terpapar radikalisme jika tidak memiliki bukti kongkrit.

“Politik radikalisme itu termasuk politisasi politik identitas. Padahal politik identitas itu hanya membedakan tentang suku, agama, dan sebagainya,” kata dia.

“Dan yang kita tidak jamak di Indonesia ialah politisasi terhadap politik identitas itu,” tambah Zuhro.

Sebelumnya muncul survei yang menyebutkan bahwa 23 persen mahasiswa berpotensi radikal. Penelitian itu melibatkan 1.800 mahasiswa dari 25 universitas di Indonesia.

KEYWORD :

Radikalisme Kampus Siti Zuhro Peneliti LIPI




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :