Kim Jong un tiba di Bandara Internasional Changi Singapura sebelum pertemuan puncaknya dengan Trump (Foto: Kementerian Komunikasi dan Informasi Singapura melalui AP)
Beijing, Jurnas.com - Semua mata tertuju pada Singapura Juni tahun lalu saat jet jumbo yang membawa Kim Jong-un mendarat di bandara Changi, beberapa hari sebelum pertemuan puncak pemimpin Korea Utara dengan Presiden AS Donald Trump.
Saat Kim Jong un melakukan kunjungan pertamnay ke Singapura, setelah menyelesaikan perjalanan terpanjangnya ke luar negeri sebagai kepala negara, mereka yang hadir melihat itu bukan maskapai Korea Utara dari mana ia baru saja turun, tetapi maskapai China.
Pinjaman Beijing untuk maskapai Air China 747 masuk akal secara logistik, memberi Kim moda transportasi yang jauh lebih andal untuk melakukan perjalanan 4.800 km ke Singapura daripada menggunakan pesawat resminya sendiri yang telah berusia puluhan tahun.
Namun, langkah itu tidak hanya praktis tetapi juga simbolis. Meskipun China tidak hadir secara fisik pada pertemuan AS-Korea Utara diSingapura, China memiliki peran yang tidak dapat disangkal untuk dimainkan di dalamnya.
Pertemuan puncak lain antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara yang dijadwalkan berlangsung pada akhir bulan ini di Vietnam, pengaruh Beijing sekali lagi dapat diraba.
"China tidak ingin disingkirkan oleh KTT Trump-Kim; ia ingin memiliki peran dalam membentuknya," kata Carlyle Thayer, seorang konsultan keamanan dan Profesor Emeritus di Universitas New South Wales di Australia, mengatakan."Keempat kunjungan itu tampaknya merupakan upaya untuk membuat mereka berdua berada di lembaran musik yang sama," kata
Thayer kepada Al Jazeera. "Itu menunjukkan semacam koordinasi."
Korea Utara Ekonomi China Amerika Serikat