Jacinda Ardern mengunjungi korban penembakan (Foto: Reuters)
Wellington, Jurnas.com - Ketenangan dan belas kasih yang ditunjukkan oleh Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menanggapi aksi teror terhadap 50 Muslim di Christchurch, menepis keraguan sebagian kalangan yang menganggapnya terlalu muda menempati posisi tersebut.
Beberapa jam setelah pembantaian di Christchurch pada Jumat (15/3) pagi yang membuat Selandia Baru terguncang, perempuan usia 38 tahun itu mengambil langsung langkah strategis.
Dia tanpa ragu menyebut pembunuhan massal itu sebagai aksi terorisme. Ardern juga mulai mencoba meyakinkan negara tetangga, yang sebagian besar warganya tidak terluka oleh kekerasan tersebut.
Lalu sehari setelah serangan, Ardern memimpin sebuah kelompok multi-partai untuk mengunjungi keluarga-keluarga yang berduka, dan anggota komunitas Muslim.
Dengan mengenakan jilbab hitam, dia memeluk keluarga korban, dan membiarkan mereka menghempaskan kesedihan atas tragedi itu.
Selandia Baru Minta Maaf Usai Temukan 200 Ribu Orang Alami Pelecehan di Tempat Perawatan
"Perdana menteri, ketika dia datang mengenakan jilbabnya, itu besar bagi kami," kata Dalia Mohamed. Perempuan itu sedang berduka, karena ayah mertua putrinya Hussein Mustafa ikut meninggal.
Ardern juga segera membuat undang-undang pengetatan senjata, yang mungkin terbukti sulit secara politis, dan berkomitmen untuk menjadi prioritas bagi pemerintahnya.
Bookworm, Nell Fisher dan Elijah Wood Berpetualang ke Alam Liar Mencari Canterbury Panther
"Kinerja Ardern luar biasa, dan saya percaya dia akan sangat dipuji untuknya baik di dalam negeri maupun internasional," kata komentator politik Bryce Edwards dari Victoria University di Wellington.
Ardern terkenal selama pemilihan Selandia Baru 2017 di Selandia Baru. Dia disejajarkan dengan para pemimpin muda yang progresif, termasuk Emmanuel Macron di Prancis dan Justin Trudeau dari Kanada.
Keputusan Ardern untuk tidak mengambil cuti saat hamil juga membedakannya dengan banyak orang. Dia dianggap sebagai simbol kemajuan bagi perempuan dalam peran kepemimpinan.
Dikutip dari Reuters, Benazir Bhutto pemimpin Pakistan, pada 1990 merupakan satu-satunya pemimpin pemerintah lainnya yang melahirkan di kantor.
Sementara terpilihnya Ardern menjadi perdana menteri termuda di negara itu dan perempuan ketiga yang memegang jabatan tersebut, membuat orang Selandia Baru menciptakan istilah "Jacinda-mania."
KEYWORD :Jacinda Ardern Selandia Baru