Sabtu, 23/11/2024 12:09 WIB

Kim Jong un Sebut Trump Itikad Buruk di Hanoi

Rusia telah menyerukan Gedung Putih agar sanksi-sanksi yang diberlakukan terhadap Korea Utara dikurangi. Namun, AS menuduhnya berusaha membantu Pyongyang menghindari sanksi.

Kim Jong un tiba di Singapura (Foto: Reuters)

Rusia, Jurnas.com - Amerika Serikat (AS) memiliki "itikad buruk" di Vietnam saat Presiden Donald Trump dan timnya mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara. Begitu kata pemimpin Kim Jong Un saat pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Pada pertemuan puncak pertamanya dengan Putin di pelabuhan Vladivostok, Rusia timur jauh, Kim Jong un mengatakan, situasi di Semenanjung Korea dan wilayanya sedang mengalami kemandekan dan telah mencapai titik kritis.

Pemimpin Korea Utara itu juga memperingatkan, "Situasi mungkin akan kembali ke keadaan semula karena AS mengambil sikap sepihak dengan itikad buruk pada pembicaraan KTT DPRK-AS kedua baru-baru ini".

"Perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea akan sepenuhnya bergantung pada sikap AS di masa depan, dan DPRK akan mempersiapkan diri untuk setiap situasi yang mungkin terjadi," kata Kim Jong un dikutip KCNA.

Rusia telah menyerukan Gedung Putih agar sanksi-sanksi yang diberlakukan terhadap Korea Utara dikurangi. Namun, AS menuduhnya berusaha membantu Pyongyang menghindari sanksi.

Sebelumnya, Pyongyang menuntut agar Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo tidak dilibatkan dalam dari proses perundingan nuklir karena disebut mengganggu proses itu.

Pada Kamis (25/4), Putin mengatakan bahwa seperti halnya Washington, Moskow mendukung upaya untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea dan mencegah konflik nuklir.

Namun begitu, Putin juga bersikeras bahwa Korea Utara membutuhkan jaminan keamanannya dan kedaulatannya. "Kita perlu ... kembali ke negara di mana hukum internasional, bukan hukum yang terkuat, menentukan situasi di dunia," kata Putin.

Moskow masih memiliki hak veto di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), dan ingin memainkan peran dalam segala hal yang berkaitan dengan Korea Utara.

Kedua negara berbagi perbatasan, dan Rusia berfungsi sebagai tempat kerja bagi setidaknya 10.000 pekerja migran Korea Utara, sumber penting mata uang keras untuk Pyongyang.

Rusia tidak menginginkan bencana nuklir di sebelahnya, tetapi minatnya terhadap pelucutan senjata Korea Utara terbatas; jatuhnya dinasti Kim kemungkinan akan berarti bahwa Korea bersatu menjadi sekutu AS, dan pangkalan militer Amerika dapat muncul di sebelah provinsi-provinsi Pasifik Rusia.

Pertemuan itu adalah yang pertama bagi Kim Jong un dengan kepala negara lain sejak kembali dari Hanoi. Kunjungan ini mengikuti undangan berulang dari Putin setelah Kim Jong un memulai serangkaian tawaran diplomatik tahun lalu.

KEYWORD :

Korea Utara Rusia Amerika Serikat Nuklir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :