Konferensi pers UTBK 2019
Jakarta, Jurnas.com – Mulai tahun ini, pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) bagi penyandang tunanetra akan menggunakan metode screen reader. Melalui perangkat lunak tersebut, peserta UTBK tunanetra akan dapat membaca soal di layar komputer.
Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi Prof. Ravik Karsidi mengatakan, sebelumnya calon mahasiswa tunanetra harus didampingi oleh dua orang pengawas saat melaksanakan ujian. Satu orang pengawas bertindak membacakan soal, dan satu orang lainnya menuliskan jawaban.
“Kalau siswanya belum bisa teknologi, kami akan siapkan pendamping. Tapi kami pastikan semuanya sudah bisa menggunakan screen reader, karena sebelumnya sudah melakukan uji coba beberapa kali,” ujar Ravik dalam konferensi pers di kantor Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Jakarta pada Jumat (3/5).
Sementara Menristekdikti Mohamad Nasir menerangkan, isi materi UTBK bagi peserta tunanetra sama dengan UTBK pada umumnya, baik dari segi waktu maupun tingkat kesulitan.
Hanya saja untuk jumlah soal, UTBK bagi peserta tunanetra jumlahnya lebih sedikit, yakni 40 butir tes potensi skolastik, 30 butir sains teknologi (saintek), dan 60 butir soal sosial humaniora (soshum).
“(Selain itu) teks bacaan tidak lebih dari tiga paragraf atau kurang dari 300 kata; menghindari kata-kata visual; dan dioperasikan keyboard tanpa mouse,” jelas Menristekdikti.
Menilik data pendaftar di LTMPT hingga hari ini, terdapat 70 mahasiswa tunanetra dari Jawa dan luar Jawa yang mendaftarkan diri dalam UTBK 2019.
Tingkatkan Pelayanan Bagi Penyandang Disabilitas, Kemendes PDTT Gelar Workshop Bahasa Isyarat
Mereka mendaftarkan diri di sejumlah universitas, antara lain Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Riau (Unri), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Pertanian Bogor, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Indonesia (UI), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Airlangga.
KEYWORD :UTBK Ravik Karsidi Penyandang Disabilitas Mohamad Nasir