Sabtu, 23/11/2024 18:51 WIB

Pengacara Sofyan Basir Klarifikasi Bukti Fee Suap PLTU Riau

Pengacara Direktur Utama PLN Sofyan Basir, Soesilo Aribowo masih mengklarifikasi bukti mengenai fee maupun janji terkait proyek PLTU Riau-1.

Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sofyan Basir di KPK (Foto: Rangga/jurnas.com)

Jakarta - Pengacara Direktur Utama PLN Sofyan Basir, Soesilo Aribowo masih mengklarifikasi bukti mengenai fee maupun janji terkait proyek PLTU Riau-1.

Menurutnya, sejumlah fakta persidangan yang menyebut Sofyan Basir kecipratan fee suap proyek PLTU Riau akan diklarifikasi kebenarannya.

"Makanya saya masih, kami masih mengklarifikasi, saya kira apa alat bukti yang ada di KPK," kata Soesilo, usai mendampingi Sofyan saat menjalani pemeriksaan, di Gedung KPK, Jakarta, Senin (6/5).

Untuk itu, Soesilo berjanji, Sofyan Basir akan kooperatif dalam menjalani kasus suap proyek senilai USD900 juta tersebut.

"Pada prinsipnya kami kooperatif, kalau misalnya KPK menghendaki pemeriksaan kapan saja kita akan siap untuk menghadirkan Pak Sofyan," kata Soesilo.

Keterlibatan Sofyan berawal ketika Direktur PT Samantaka Batubara mengirimi PT PLN (Persero) surat, pada Oktober 2015. Surat pada pokoknya memohon PLN memasukkan proyek dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN.

Sayangnya, surat tak ditanggapi. Bos Blackgold Natural Resources Limited, Johannes Budisutrisno Kotjo akhirnya mencari bantuan agar dibukakan jalan berkoordinasi dengan PLN untuk mendapatkan proyek Independent Power Producer (IPP) Pembangkit Listnk Tenaga Uap Mulut Tambang Riau-I.

Pertemuan diduga dilakukan beberapa kali. Pertemuan membahas proyek PLTU itu dihadiri mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eni Maulani Saragih, Sofyan, dan Johannes. Namun, beberapa pertemuan tak selalu dihadiri ketiga orang tersebut.

Selanjutnya pada 2016, Sofyan menunjuk Johannes mengerjakan proyek Riau-I. Sebab, mereka sudah memiliki kandidat mengerjakan PLTU di Jawa.

Padahal, saat itu, Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan yang menugaskan PT PLN menyelenggarakan Pembangunan Infrastruktur Kelistrikan (PIK) belum terbit. PLTU Riau-I dengan kapasitas 2x300 MW kemudian diketahui masuk Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN.

Johannes meminta anak buahnya siap-siap karena sudah dipastikan Riau-I milik PT Samantaka. Sofyanlalu memerintahkan salah satu Direktur PT PLN merealisasikan PPA antara PLN dengan BNR dan CHEC.

Sofyan akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Penetapan tersangka merupakan pengembangan penyidikan Eni, Johannes, dan Idrus Marham yang telah divonis. Eni dihukum enam tahun penjara, Kotjo 4,5 tahun penjara dan Idrus Marham 3 tahun penjara.

Sofyan dijerat Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dlubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsijuncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau Pasal 56 ayat (2) KUHP Juncto Pasal 64 ayat (1) KUHP.

KEYWORD :

Suap PLTU Riau Dirut PLN Sofyan Basir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :