Kapal induk USS Ronald Reagan (CVN 76) dikawal ke pelabuhan Busan, Korea Selatan, setelah menyelesaikan latihan gabungan dengan militer Korea Selatan, Sabtu, (21/10) (Foto: Jo Jung-ho/Yonhap)
Teheran, Jurnas.com - Kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di Teluk dulunya merupakan ancaman serius tetapi sekarang mewakili target dan peluang. Demikian kata seorang komandan senior Garda Revolusi Iran.
Seorang mantan pejabat tinggi pertahanan AS, pada Minggu (12/5) memperingatkan "resiko nyata" kesalahan perhitungan antara kedua pihak di tengah perang kata-kata semakin memanas.
Militer AS telah mengerahkan pasukan, termasuk kapal induk dan pembom B-52, ke Timur Tengah karena indikasi ancaman Iran terhadap pasukannya di kawasan itu.
USS Abraham Lincoln mengganti kapal induk lain yang diputar keluar dari Teluk bulan lalu.
"Sebuah kapal induk yang memiliki setidaknya 40 hingga 50 pesawat di dalamnya dan 6.000 pasukan yang berkumpul di dalamnya merupakan ancaman serius bagi kami di masa lalu. Tapi sekarang ini adalah target dan ancaman telah beralih ke peluang," kata Amirali Hajizadeh, kepala angkatan udara Garda Revolusi.
"Jika (Amerika) bergerak, kami akan memukul kepala mereka," tambahnya, menurut Kantor Berita Pelajar Iran (ISNA).
Berbicara kepada CNBC dalam sebuah wawancara yang akan disiarkan pada Senin (13/5), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan penyebaran militer itu menanggapi laporan intelijen tentang potensi serangan Iran dan untuk mencegah mereka, bahkan untuk dapat menanggapi jika perlu.
"Kami sudah melihat pelaporan ini. Ini nyata. Tampaknya ada sesuatu yang terkini, itulah hal yang kita khawatirkan hari ini."
"Dalam hal Iran memutuskan untuk mengejar kepentingan Amerika - apakah itu di Irak atau Afghanistan atau Yaman atau tempat lain di Timur Tengah - kami siap untuk menanggapi dengan cara yang tepat. Tujuan kami adalah bukan perang," sambungnya.
Amerika Serikat Iran Kesepakatan Nuklir