Sabtu, 23/11/2024 12:07 WIB

RI-Inggris Gelontorkan Rp37 Miliar Riset Penyakit Menular

Pemerintah Indonesia dan Inggris menggelontorkan dana riset sebesar Rp37 miliar, untuk membiayai enam penelitian penyakit menular

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah Indonesia dan Inggris menggelontorkan dana riset sebesar Rp37 miliar, untuk membiayai enam penelitian penyakit menular dalam jangka waktu tiga tahun, melalui program Newton Fund.

Dari total dana tersebut, Rp32 miliar dibiayai oleh Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris. Sedangkan sisanya berasal dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Menristekdikti menjelaskan, proses pemilihan enam penelitian ini disaring dari 22 proposal yang masuk dan dinilai oleh tim pengkaji dari Indonesia dan Inggris. 18 proposal yang lolos didiskusikan pada November 2018, hingga akhirnya terpilih enam riset terbaik di bidang sistem kekebalan tubuh, malaria, HIV, TBC, infeksi otak, dan penyakit aspergillosis.

"Dengan Inggris ini mudah-mudahan ada hasil yang nyata, bagaimana sistem pengobatan dengan penyakit menular bisa berhenti. Mestinya penyakit menular sudah tidak ada lagi. Lalu tiba-tiba muncul lagi. Yaitu TBC, mestinya sudah ilang. Malaria masih ada, mestinya sudah hilang," ujar Menteri Nasir dalam konferensi pers di Kantor Kemristekdikti Jakarta pada Senin (13/5).

Seperti diketahui, Indonesia memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap potensi penyakit menular seperti tuberkulosis, HIV, malaria, dan demam berdarah.

Adapun berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus demam berdarah per 3 Februari 2019 sebanyak 16.692 kasus.

"Ini riset yang diharapkan menghasilkan inovasi obat-obatan. Mudah-mudahan walau masa kontrak ini hampir habis, semoga bisa diperpanjang," kata Menristekdikti.

Sementara Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik mengatakan, kolaborasi Indonesia dan Inggris diharapkan dapat meningkatkan akses peneliti Indonesia terhadap pengetahuan terbaru.

Apalagi bidang sains dan riset Inggris menempati posisi kedua di dunia, dengan 54 persen hasil penelitian masuk ke dalam kategori terbaik dunia.

"Hasil riset Inggris dikutip lebih banyak, bila dibandingkan dengan hasil riset negara lainnya. 38 persen peraih Nobel memilih untuk bersekolah di Inggris," kata Moazzam.

KEYWORD :

Dana Riset Inggris Moazzam Malik Mohamad Nasir




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :