Direktur Jenderal Perhubungan Udara Polana B Pramesti (kiri) dan Duta Besar Amerika Serikat Joseph R Donovan bertukar cinderamata dalam pertemuan working group di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Jakarta, Jurnas.com – Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana Banguningsih Pramesti mengemukakan teknologi berkembang sangat cepat, salah satunya penggunaan drone atau Unmanned Aircraft System (UAS) pesawat tanpa awak. Penerbangan tanpa awak menawarkan berbagai kemampuan dan kecanggihan, sehingga industri tersebut memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan.
“Ini merupakan tantangan bagi regulator, dan membutuhkan waktu khusus untuk mengatur manajemen lalu lintas udara. Tantangan umum terletak pada mengintegrasikan pesawat berawak dan tak berawak dengan aman dan efisien terutama dalam penggunaaan wilayah udara yang sama,” kata Polana saat membuka pertemuan kelompok kerja atau working group Indonesia – Amerika Serikat di Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Polana berharap kegiatan ini mampu memberikan sejumlah solusi dari tantangan yang dihadapi penerbangan saat ini seperti peraturan penerbangan terkait kedua negara, update teknologi UAS serta sharing terkait bagaimana Pemerintah AS dalam penanganan operasi UAS, serta membahas kesiapan infrastruktur Indonesia untuk menghadapi perkembangan UAS beserta risiko dan pengawasannya.
“Seperti yang kita ketahui, bahwa pengoperasian UAS telah memberikan sejumlah manfaat diberbagai sektor, oleh karena itu Ditjen Hubud perlu mendukung pengoperasian UAS yang berkelanjutan tetapi harus sesuai dengan aturan tanpa mengesampingkan keselamatan dan keamanan,” jelas Polana.
Duta besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan mengatakan, working group yang dilaksanakan bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara US – Indonesia khususnya di bidang aviasi.
“Fokus kali ini adalah infrastruktur transportasi khususnya penerbangan. Industri penerbangan punya peranan penting dalam pembangunan Indonesia," kata Joseph.
Joseph menyampaikan, mengingat kondisi geografi Indonesia, yang memiliki ribuan pulau, maka industri penerbangan cukup diandalkan. Sama seperti sektor ekonomi lainnya, industri penerbangan harus terus berkembang sejalan dengan teknologi. Salah satunya adalah New Aviation System (sistem aviasi terbaru), yakni Unmnaned Aircraft System (UAS) atau pesawat tanpa awak.
"Kami, AS melihat teknologi UAS akan memberikan dampak signifikan pada sektor penerbangan,” katanya.
Lebih lanjut, Joseph menambahkan, hal ini tak terlepas dari kemampuan dan kelebihan UAS yang bisa mengirimkan bantuan dalam waktu cepat, dapat digunakan dalam membantu perkembangan ekonomi digital dan e-commerce serta meningkatkan realibilitas pembangunan ekonomi dan infrastruktur. UAS atau pesawat tanpa awak, tak dapat dipungkiri, sangat efisien dan efektif menjangkau daerah atau kawasan-kawasan remote yang memang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.
Dalam pertemuan yang bertajuk “Strengthening Aviation By Incorporating Innovative Technology In Indonesia” tersebut turut dihadiri Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan, Commercial Counselor Rosemary Gallant, Direktur FAA Regional Asia Pasifik, Carey Fagan, Perwakilan FAA Asia Tenggara, James Spillane, Sesditjen Perhubungan Udara, Nur Isnin Istiartono, Direktur Keamanan Penerbangan Dadun Kohar, Kepala Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Elfi Amir, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara, M Alwi, Kasubdit SSNP Direktorat Navigasi Penerbangan, Hasan Bashory, Direktur Keselamatan, Keamanan dan Standarisasi AirNav Indonesia, Yurlis Hasibuan, perwakilan dari PT. Angkasa Pura I, PT. Angkasa Pura II, INACA, dan perwakilan dari maskapai serta stakeholder penerbangan lainnya.
Pesawat tanpa awak drone Dirjen Hubud Polana RI-AS