Seorang pemrotes menambahkan ban lain ke barikade yang terbakar selama protes menuntut pengunduran diri Presiden Jovenel Moise karena meroketnya harga yang telah berlipat dua untuk barang-barang pokok di tengah tuduhan korupsi pemerintah, di Port-au-Prince, Haiti, Sabtu, 18 Mei. 2019. (Foto oleh AP)
Jakarta, Jurnas.com - Ratusan orang di Haiti turun ke jalan-jalan di ibu kota Port-au-Prince pada Sabtu (18/05) untuk menuntut pengunduran diri Presiden Jovenel Moise yang didukung AS.
Dilansir PressTV, para demonstran muda menyalakan ban mobil dan berbenturan dengan pasukan keamanan dengan pakaian anti huru hara yang menembakkan gas air mata ke arah para pemrotes.
Protes sebelumnya telah menyebabkan puluhan kematian dalam bentrokan antara demonstran dan polisi dan membuat bisnis tutup selama berhari-hari, sangat merusak ekonomi yang sudah berjuang dengan inflasi tinggi dan memburuknya kekurangan bahan bakar.
Perdana Menteri Jean Michel Lapin mengatakan, ia mendorong protes damai tetapi pemerintah tidak akan membiarkan kekerasan di jalanan.
Investigasi Senat Haiti menemukan bahwa sekitar $ 2 miliar bantuan Venezuela telah dicuri atau disalahgunakan, sebagian besar di bawah administrasi pendahulu dan pelindung politik Moise, Michel Martelly.
Seorang hakim sedang menyelidiki kasus ini dan telah membekukan beberapa akun lokal tetapi belum ada tindakan lain yang dilakukan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab, membuat marah banyak warga Haiti dan memicu beberapa protes jalanan.
Protes lain telah diorganisir oleh partai politik yang membayar sebagian besar pria muda untuk menciptakan kekacauan sebagai taktik tekanan.
Seiring dengan memburuknya ekonomi dan ketidakstabilan politik, keamanan keseluruhan di Haiti telah diguncang oleh meningkatnya kekerasan geng dan ketidakmampuan polisi Haiti untuk mengendalikan sejumlah besar lingkungan miskin di sekitar ibukota.
KEYWORD :Warga Haiti Presiden Jovenel