Pakar geopolitik dan pengamat Timur Tengah, Dina Y. Sulaeman saat menjadi pemateri pada diskusi Sinisme dan Kebijakan Geopolitik AS-Israel di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu 19 Mei 2019. (Foto: Supi/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Di tengah menyusutnya pembelaan terhadap Palestina, Indonesia bahkan tidak pernah bosan menyuarakan dukungan dan pembelaan terhadap Palestina. Padahal Indonesia bukan aktor utama yang punya keharusan melerai konflik kedua negara tersebut.
Pakar geopolitik dan pengamat Timur Tengah, Dina Y. Sulaeman, mengatakan, meskipun peran Indonesia dalam hal ini hanya sekedar bersuara, namun hal itu sangat dibutuhkan di saat aktor utama yang seharunya menyelesaikan masalah tersebut justru memilih berdiam.
"Bayangkan kalau Indonesia kemudian mundur dan tidak bersuara lagi, mungkin dukungan terhadap Palestina bisa dibilang hilang," ujar Dina kepada Jurnas.com di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (19/5).
Demokrat Waspadai Kehadiran Kelompok pro-Palestina yang Tuntut Embargo Senjata dalam Konvensi
Direktur Indonesia Center for Middle Studies, mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Karena itu, jika suara dukungan Indonesia kepada Palestina ikut lesu, maka efeknya akan sangat luar biasa.
"Jadi dalam diplomasi, suara itu penting," ujarnya.
Dari dulu, konflik antara Israel dan Palestina seolah-seolah tidak ada habisnya. Sejauh ini yang belum dilakukan adalah melakukan mediasi dengan pihak Israel dan AS oleh pihak yang mimiliki kepentingan langsung di wilayah itu.
Menurut Dina, teralu berlebihan jika mengharapkan Indonesia melakukan sesuatu di luar perannya. Karena itu, peran Indonesia saat ini adalah menyerukan aktor utama untuk menyelesaikan konflik tersebut.
"Indonesia-Palestina hanya sebatas hubungan moral, secara wilayah juga jauh. Beda halnya saat Indonesia memediasi masalah Rohingya, karena secara wilayah dekat, terus efek dari pengungsi Rohingya juga kita kena, kita harus menampung pengungsi misalnya, itu posisinya beda," jelas Dina.
Namun begitu, Penulis buku "Salju di Aleppo" itu menyesalkan karena para aktor utama yang seharunya menyelesaikan masalah tersebut justru tidak berpihak kepada Palestina.
"Cuma masalahnya aktor utama tidak berpihak pada Palestina. Amerika juga tidak berpihak pada Palestina. Negara-negara Arab juga malah ikut haluan Amerika dan Israel," ungkap Dina.
KEYWORD :
Palestina Israel Amerika Serikat Dina Y. Sulaeman