Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir (tengah)
Cirebon, Jurnas.com – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menargetkan 500 pondok pesantren (ponpes) memiliki perguruan tinggi, guna meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi.
Menurut Nasir, sejauh ini potensi pondok pesantren belum tergali secara maksimal. Padahal dari segi jumlah, pendidikan keagamaan ini sangat menjamur di Indonesia.
“Kantong-kantong (pesantren) ini yang banyak di Indonesia. Maka yang kami berikan affirmasi yakni dengan pendirian perguruan tinggi,” kata Nasir kepada awak media usai menyerahkan SK Sekolah Tinggi Kesehatan (Stikes) Khas Kempek, Cirebon, Jawa Barat pada Rabu (22/5) malam.
Dalam keterangannya, Menristekdikti memberikan pilihan, jika pesantren belum mampu mendirikan perguruan tinggi, maka didorong memiliki akademi komunitas.
Dia memandang, jika setiap akademi komunitas memiliki 500 mahasiswa, maka dengan 500 pesantren akan menciptakan 25.000 mahasiswa yang berasal dari pesantren.
Namun dia menggarisbawahi bahwa perguruan tinggi yang diharapkan bukanlah perguruan tinggi keagamaan, melainkan non-agama, yang disesuaikan dengan potensi daerah.
“Dan itu baru jumlah minimal, karena bisa lebih besar lagi. Kalau bisa 1.000, bisa 500.000 mahasiswa,” terang dia.
Nasir menambahkan, upaya mendorong pesantren untuk mendongkrak APK pendidikan tinggi, merupakan arahan Presiden Joko Widodo, dalam rangka fokus pada pengembangan SDM. Dari APK pendidikan tinggi sebesar 34,58 persen tahun ini, ditargetkan meningkat menjadi 50 persen pada 2024.
“Sementara hari ini kalau kita lihat di Malaysia sudah 40 persen, Singapura sudah 80 persen. Maka saya harus kerja keras meningkatkan ini. Karena itu, saya gerakkan ponpes seluruh indonesia,” tandas dia.
Sementara Pengasuh Ponpes Kempek Cirebon, KH Musthofa Aqiel Siradj menyebut pesantren dewasa ini sudah harus bicara banyak soal ilmu duniawi. Dia menyontohkan, santri dituntut menguasai teknologi informasi, serta internet.
“Kami sering mendoktrin bahwa sekarang, baik santri maupun non-santri harus menguasai keilmuan, terutama IT. Tanpa IT, bodoh pesantren itu,” ujar Kiai Musthofa.
“Saya sering tanya ke santri, Google itu mendoakan kita enggak? Mereka jawab enggak. Artinya apa, kita harus mencari ilmu melalui internet, tapi juga harus mencari barokah ke pesantren,” imbuh dia.
KEYWORD :
Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir