Ilustrasi minum obat (foto: RTE)
Cirebon, Jurnas.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menyebut 92 persen obat-obat apotek di Tanah Air masih diimpor dari luar negeri, kendati diproduksi di Indonesia.
Karena itu, dia mendorong supaya para mahasiswa yang duduk di Program Studi (prodi) Farmasi, agar melakukan inovasi, dengan tujuan memanfaatkan obat-obatan lokal.
"Ada potensi lokal yang begitu besar, tapi tidak pernah kita eksplorasi dengan baik. Ini harus kita dorong, agar ketergantungan obat-obatan bukan pada barang impor, tapi lokal," ujar Nasir usai menyerahkan Surat Keputusan (SK) pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Khas Kempek, Cirebon, Jawa Barat pada Rabu (22/5) malam.
Menurut Nasir, Indonesia bukan tidak memiliki obat-obatan lokal yang memiliki potensi besar. Dia menyontohkan tanaman jahe (ginger) yang banyak ditemui di Indonesia, ternyata memiliki khasiat lebih baik dari gingseng milik Korea Selatan.
"Kalau orang bicara gingseng di Korea, ternyata kita punya ginger (jahe) yang jauh lebih tinggi kualitasnya. Tapi kenapa riset tidak kita kembangkan dengan baik?" kata mantan rektor Universitas Diponegoro (Undip) ini.
Tidak Enak Jadi Menteri
Selain mendorong mahasiswa melakukan inovasi di bidang obat-obatan, Nasir juga mengatakan telah menginstruksikan supaya perguruan tinggi yang memiliki Prodi Farmasi, agar menggandeng perusahaan farmasi.
Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada perguruan tinggi dalam memanfaatkan laboratorium yang telah dimiliki oleh perusahaan.
"Terpenting ialah adanya sinergi antara pendidikan tinggi dengan industri. Karena ada banyak potensi food and beverages yang juga belum kita maksimalkan," tandas dia.
KEYWORD :Prodi Farmasi Obat Impor Mohamad Nasir