Kepala UKP-PIP, Yudi Latif
Jakarta Jurnas.om - Cendekiawan Muslim Yudi Latif menilai selama ini urusan demokrasi di Indonesia hanyalah berkutat tentang siapa yang menang pada pemilu.
Menurut Yudi, seharusnya yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar siapapun yang menang bisa membawa dampak positif bagi semua masyarakat dan seluruh tumpah darah Indonesia.
"Jadi ada yang lebih penting dari siapa yang memenangkan pemilu, yaitu bagaimana siapapun yang menang itu membawa kemenangan bersama," jelas Yudi dalam acara buka puasa bersama di DPP PGK bertema "Ramadhan dan Amal Sholeh Sosial Politik" di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Sabtu (25/5).
Yudi Latif menegaskan, kemenangan bersama itu bisa terjadi kalau hasil dari pemilu ini semakin mendekati perwujudan cita-cita nasional.
"Cita-cita nasional kita ini adalah mewujudkan prikehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur," tegas Yudi Latif.
Mengutip pernyataan Bung Hatta, Yudi Latif mengatakan ada lima kata yang bisa diringkas menjadi satu tujuan bernegara. Lima kata itu adalah merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang jika diringkas pada satu kata dan satu cita-cita yaitu membangun negara dimana semua orang merasa bahagia di dalamnya.
"Khittah dasar kehidupan ini kan mencapai bahagia. Kenapa kita harus kuliah, kenapa kita bekerja, kenapa kita beragama, kenapa kita bernegara, itu motif terdasar itu meraih kebahagiaan," terangnya.
Yudi lalu mengutip seorang pemikir psikologi positif bernama Martin Seligman yang mengatakan, kunci kebahagiaan ada lima yang disingkat menjadi PERMA. Singakatan dari Positif, Engagement, Relationship, Meaning, dan Achievmen.
"Pertama P, kalau kita ingin bahagia, kita harus mengembangkan Positif emotion. Jadi kita dalam hidup ini jangan selalu mengembangkan marah-marah, permusuhan, negatif melulu, pesimis dan lain-lain," bebernya.
Menurut dia, dalam situasi apapun, orang-orang yang telah mencapai ketenangan batin itu hidupnya positif.
"Setiap bangsa pasti ada masalahnya sendiri. Tapi masalah itu bukan membuat kita depresif, membuat kita kehilangan daya untuk bertindak. Masalah itu semacam ujian dalam hidup untuk naik kelas," katanya.
Jadi, lanjut dia, masalah itu tidak mungkin diselesaikan dengan jiwa negatif, tapi hanya bisa selesai dengan jiwa positif. Dan ibadah puasa salah satu dampaknya adalah mengembangkan jiwa positif.
"Yang kedua, E, Engagement, terlibat. Kalau kita ingin bahagia kita harus terlibat, kita tidak boleh mager. Jadi anatara 01 dan 02 saatnya berdialog, supaya di ujungnya menang bersama, siapapun yang mimpin," ujarnya.
Yang ketiga, tambahnya, Relationship, silaturahim. Makanya dalam Islam silaturahim itu memperpanjang umur. Yang keempat, yaitu Meaning, bermakna.
"Kalau kita ingin berbahagia, kita harus membuat hidup kita terasa bermakna," jelas Yudi.
Yang terakhir adalah Achievmen atau pencapaian. Menurutnya, biasanya negara-negara yang punya achievemen itu jauh lebih bahagia.
"Kenapa Indonesia ini banyak sekali tawuran, banyak pertikaian, karena kita kehilangan kebanggaan sebagai bangsa," tandasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ustaz Ahmad Syauqi MZ mengatakan, Rasulullah walaupun beliau seorang yang maksum, tapi dalam berdakwah beliau ditopang oleh 4 karakter sahabat utama.
Menurutnya, Organisasi PGK juga harus punya 4 karakter penopang seperti sahabat Rasulullah.
"Rasulullah punya sahabat Sayyidina Abu Bakar Shiddiq, orang tua yang bijaksana, tempat bertukar pikiran. PGK juga harus punya sosok seperti Abu Bakar, orang tua yang bijaksana," terangnya.
Lalu, tambah dia, Rasulullah juga punya sosok Sayyidina Umar bin Khatab, orang yang pemberani. "Kita kalau mau kuat harus ada orang-orang pemberani di keluarga besar kita ini," tambahnya.
Selanjutnya, seperti Rasulullah, kata dia, PGK ini harus punya sosok seperti Ustman bin Affan, orang kaya yang dermawan.
"Kita kalau mau enak perkumpulan harus ada orang kayanya. Bikin perkumpulan gini gak cukup pakai takbir, tapi harus ada sosok seperti Ustman," katanya.
Lalu, Rasulullah juga punya sosok seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sosok muda yang intelek.
"Bagaimana Islam di Indonesia kita tercinta ini, 10, 20 bahkan 100 tahun yang akan datang, di pundak anak muda kita jawabannya," ujarnya.
Yudi Latif Kemenangan Bersama Pemilu 2019