Sabtu, 23/11/2024 20:51 WIB

Arab Saudi, Norwegia, UEA Sepakat Teror Tanker Minyak Bukan Iran

Ketiga negara tidak menyebutkan Iran, yang dituding Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab langsung atas serangan 12 Mei.

Kapal tanker pembawa minyak Arab Saudi tiba di Pelabuhan Aden Yaman (Foto Ilustrasi: Al Arabiya)

Uni Emirat, Jurnas.com - Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan temuan awal penyelidikan terhadap serangan kapal tanker minyak di lepas pantai bulan menunjukkan operasi itu dilakukan secara canggih dan terkoordinasi.

Demikian disampaikan UEA, bersama dengan Arab Saudi dan Norwegia dalam briefing Dewan Keamanan Perserikan Bangsa-Bangsa (PBB), Kamis (6/6).

Dalam briefing itu, ketiga negara tidak menyebutkan Iran, yang dituding Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab langsung atas serangan 12 Mei yang terjadi saat hubungan antara Teheran dan Washington memanas.

Investigasi bersama negara-negara itu mengatakan, serangan mengunakan navigasi ahli kapal cepat dan penyelam terlatih untuk menyimpan ranjau lipat dengan presisi tinggi pada kapal di bawah garis air untuk melumpuhkan kapal itu tanpa menenggelamkan.

Mereka percaya teror itu dilakukan beberapa tim operasi, yang mengkoordinasikan peledakan empat kapal dalam waktu kurang dari satu jam.

"Sementara penyelidikan masih berlangsung, fakta-fakta ini adalah indikasi kuat , keempat serangan itu adalah bagian dari operasi canggih dan terkoordinasi yang dilakukan aktor dengan kapasitas operasional yang signifikan, kemungkinan besar adalah aktor negara," kata mereka.

Sementara dokumen itu tidak menyebut Iran, seorang diplomat Saudi justru menuduh Negeri Para Mullah sebagai biang keladinya.

"Kami percaya bahwa tanggung jawab untuk tindakan ini ada di pundak Iran. Kami tidak ragu-ragu dalam membuat pernyataan ini," kata duta besar Saudi untuk PBB, Abdallah Y Al-Mouallimi, kepada wartawan di New York.

Serangan kapal tanker itu terjadi di emirat UEA Fujairah, yang terletak tepat di luar Selat Hormuz, rute pengiriman minyak dan gas global yang penting yang memisahkan negara-negara Teluk Arab sekutu-sekutu AS dan Iran.

Sebelum serangan, pemerintahan Presiden AS Donald Trump mencabut keringanan sanksi terhadap ekspor minyak Iran dan melabeli elit Korps Pengawal Revolusi Islam sebagai "organisasi teroris asing".

Washington juga telah mengirim pembom berkemampuan nuklir dan sebuah kelompok serangan kapal induk ke Teluk, suatu tindakan yang dicap Teheran sebagai "perang psikologis".

Arab Saudi menyatakan serangan-serangan tersebut mempengaruhi keselamatan navigasi komersial internasional dan keamanan pasokan minyak global, yang memerlukan tanggapan dari DK.

Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov mengatakan kepada wartawan setelah pengarahan tertutup bahwa tidak ada bukti yang disajikan yang menghubungkan Iran dengan serangan itu.

"Kita seharusnya tidak langsung mengambil kesimpulan," kata Safronkov. "Investigasi ini akan dilanjutkan."

Para diplomat PBB mengatakan bahwa segala upaya Dewan Keamanan untuk menghukum Iran atas serangan itu kemungkinan akan menghadapi tentangan dari Rusia.

Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengatakan pekan lalu bahwa tambang Iran kemungkinan digunakan dalam serangan itu.

"Tidak ada keraguan dalam pikiran siapa pun di Washington siapa yang bertanggung jawab untuk ini," kata Bolton pekan lalu saat berkunjung ke Abu Dhabi.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, Iran berusaha menaikkan harga minyak ketika Washington berupaya untuk mengakhiri ekspor minyak mentah Iran.

Ketegangan regional meningkat sejak pemerintahan Trump memberlakukan kembali menjatuhi sanksi terhadap Teheran setelah AS menarik diri dari perjanjian nuklir multinasional penting dengan Iran.

KEYWORD :

Arab Saudi Norwegia Uni Emirat Arab Tanker Iran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :