Rokok (Foto: Thinkstock)
Jakarta, Jurnas.com - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyebut wafatnya Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho tidak lepas dari lingkungan yang terpapar asap rokok.
"Almarhum mengaku bahwa dirinya hidup dalam lingkungan kerja yang penuh asap rokok, dan tidak bisa menghindar karenanya. Alias, berposisi sebagai perokok pasif (passive smoker)," kata Ketua YLKI Tulus Abadi pada Senin (8/7) di Jakarta.
Sutopo tidak sendiri. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2013, jumlah perokok pasif mencapai lebih dari 90 juta orang. Tragisnya, 12 juta perokok pasif adalah usia 0-4 tahun, yang umumnya terpapar asap rokok di tempat kerja, dan rumahnya sendiri.
Asap rokok sendiri, lanjut Tulus, merupakan salah satu faktor risiko kanker. Untuk perokok pasif risiko terkena kanker paru-paru sebesar empat kali lipat. Sedangkan perokok aktif 13,6 kali lipat.
"Pimpinan dan semua pihak harus mewujudkan area KTR, khususnya di tempat kerja, tempat umum, dan angkutan umum. Bahkan sangat mendesak mewujudkan rumah sebagai KTR (Kawasan Tanpa Rokok)," ujar dia.
Namun hingga saat ini KTR masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Bagaimana tidak, masih banyak kantor pemerintah dan pejabatnya tidak memberikan contoh kepatuhan bahwa secara regulasi tempat kerja adalah area KTR.
Dan dalam hal ini, kata Tulus, Sutopo merupakan satu dari banyak orang yang menjadi korban keganasan asap rokok di tempat kerjanya.
"Pak Sutopo adalah korban egoisme bahkan sadisme dari lingkungan kerjanya yang membara oleh asap rokok," tutur dia.
KEYWORD :Sutopo Purwo Nugroho BPNB YLKI